Senin 16 Jun 2025 15:41 WIB

Kemungkinan Iran Tarik Sekutunya Hajar Israel dan Siasat Zionis Agar Amerika Serikat Terlibat

Iran tegaskan akan melawan jika diserang.

Petugas penyelamat, polisi dan militer memeriksa bangunan yang hancur terkena rudal Iran di Bnei Brak, Tel Aviv, Senin (16/6/2025). Serangan Iran membuat sejumlah bangunan di Israel hancur berantakan. Komando Front Dalam Negeri Israel mengatakan serangan Iran meluas dari Eilat di selatan hingga kota Naqoura di utara, tanpa sepenuhnya bisa dicegat sistem pertahanan udara.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Petugas penyelamat, polisi dan militer memeriksa bangunan yang hancur terkena rudal Iran di Bnei Brak, Tel Aviv, Senin (16/6/2025). Serangan Iran membuat sejumlah bangunan di Israel hancur berantakan. Komando Front Dalam Negeri Israel mengatakan serangan Iran meluas dari Eilat di selatan hingga kota Naqoura di utara, tanpa sepenuhnya bisa dicegat sistem pertahanan udara.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Para ahli dan analis politik tidak mengesampingkan kemungkinan sekutu-sekutu Iran di kawasan ini memasuki garis konfrontasi militer dengan Israel, yang berusaha dengan segala cara untuk membujuk Amerika agar berpartisipasi langsung dalam konflik.

Menurut Dr Fatima Samadi, seorang peneliti senior di Pusat Studi AlJazeera dan pakar urusan Iran, kinerja rudal Iran yang kuat telah menghembuskan darah baru ke dalam sekutu-sekutu Iran atau yang disebut sebagai poros perlawanan, tetapi dalam "arsitektur baru".

Baca Juga

Perlu dicatat bahwa Republik Islam Iran memiliki sekutu di Lebanon, Irak, dan Yaman, setidaknya.

Kemungkinan sekutu-sekutu ini masuk untuk mendukung Iran dalam perangnya melawan Israel sangat mungkin terjadi, dan bahkan mungkin akan segera terjadi, katanya. Dia menunjuk pada pernyataan para komandan Garda Revolusi yang mengatakan bahwa opsi ini ada di atas meja.

Menurut al-Samadi, waktu masuknya sekutu terkait dengan jalannya pertempuran, menjelaskan bahwa hal itu tergantung pada eskalasi serangan Israel dan keinginan Iran untuk memperkuat posisinya dalam konfrontasi ini.

Masuknya Hizbullah ke dalam konfrontasi adalah masalah waktu, sementara Ansar Allah (Houthi) akan menjadi lebih terlibat dengan menggunakan alat dan cara baru dalam konfrontasi, dengan kemungkinan kejutan yang muncul dari tempat lain, tambahnya.

Perhitungan Israel

Di sisi lain, Dr Muhannad Mustafa, seorang akademisi dan ahli dalam urusan Israel, menegaskan bahwa Israel telah mengkhawatirkan skenario ini sejak awal.

Berdasarkan ketakutan ini, dan dalam upaya untuk menghilangkan dukungan Iran dari sekutu-sekutunya, Israel telah bekerja sekuat tenaga selama beberapa bulan terakhir untuk melemahkan sekutu-sekutu Iran di Lebanon, terutama Hizbullah.

BACA JUGA: Terungkap, Ternyata Elite IAEA Main Mata dengan Israel Soal Laporan Nuklir Iran

Israel juga menyerang mereka di Suriah segera setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad, serta melancarkan serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman, yang telah berlangsung selama 18 bulan untuk menargetkan Israel dengan roket-roket dan pawai-pawai yang mendukung perlawanan Palestina di Jalur Gaza.

Menurut Mustafa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional, mulai mempersiapkan operasi militer di Iran setelah pembunuhan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah pada akhir September 2024.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement