Rabu 11 Jun 2025 13:22 WIB

Ini Alasan Saudi Wacanakan Pengurangan Kuota Haji Indonesia 50 Persen

Saudi menilai, penyelenggaraan haji oleh RI tahun ini sangat tidak memuaskan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Hasanul Rizqa
ILUSTRASI Haji
Foto: Saudi Gazette
ILUSTRASI Haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Arab Saudi disebut menginginkan pengurangan kuota haji Indonesia hingga 50 persen. Keinginan tersebut mencuat sebagai bentuk evaluasi atas penyelenggaraan haji 1446 H/2025 M yang dinilai kurang memuaskan dari sisi pelayanan dan koordinasi. 

Kepala Badan Pengelola (BP) Haji M Irfan Yusuf mengungkapkan, sejumlah pihak di internal Kerajaan Arab Saudi mengemukakan keinginan untuk mengurangi kuota jamaah haji asal Indonesia. Namun, sosok yang akrab disapa Gus Irfan itu menyatakan, pihaknya langsung menyampaikan keberatan.

Baca Juga

Untuk diketahui, penyelenggaraan haji pada tahun depan tidak lagi berada di bawah Kementerian Agama (Kemenag) RI, melainkan BP Haji. Maka dari itu, lanjut Gus Irfan, pihaknya menekankan komitmen perbaikan manajemen penyelenggaraan haji untuk tahun-tahun mendatang.

Mengapa sampai Arab Saudi mewacanakan pengurangan kuota haji RI? Gus Irfan menggarisbawahi pernyataan dari Deputi Menteri Haji Arab Saudi dan jajaran yang ditemuinya di Jeddah, baru-baru ini.

“Karena performance kita (Indonesia) tahun ini sangat tidak memuaskan sehingga ada keinginan, ada usulan dari beberapa orang tim Saudi untuk mengurangi kuota kita," ujar Gus Irfan dalam pernyataan yang diterima Republika di Jakarta, Rabu (11/6/2025).

"Tapi kita sampaikan ke mereka bahwa jangan begitu-lah,” sambung dia.

Gus Irfan menegaskan, pihaknya sudah menyampaikan kepada Kementerian Haji dan Umrah Saudi bahwa penyelenggaraan haji RI pada tahun depan akan dilakukan dengan sistem dan manajemen baru. Karena itu, ia mengaku optimistis, pola kerja yang lebih terkoordinasi dengan mitra di Arab Saudi akan menghasilkan layanan yang lebih baik bagi jamaah Indonesia. 

“Tahun depan penyelenggaranya berbeda, manajemennya berbeda. Insya Allah, manajemen kita akan lebih koordinatif dengan teman-teman Saudi sehingga kita akan mendapatkan performance yang lebih baik,” ujarnya. 

Sebagai langkah konkret, Gus Irfan juga menyebut telah tercapai kesepakatan awal antara RI dan Arab Saudi untuk membentuk gugus tugas (task force) bersama. Ini akan menjadi forum komunikasi intensif antarkedua belah pihak dalam rangka meningkatkan sinergi penyelenggaraan haji. 

“Begitu juga tim dari Saudi, sudah ada kesepakatan awal untuk membentuk gugus bersama, guna lebih melancarkan komunikasi kita,” imbuhnya. 

Dengan adanya komitmen tersebut, Gus Irfan menyebut ruang negosiasi masih terbuka lebar, termasuk terkait pengurangan kuota. Dia berharap dengan perbaikan yang dilakukan, kuota jamaah haji Indonesia dapat tetap dipertahankan sesuai jumlah yang selama ini diberikan.

photo
Seorang jamaah haji 2025 Nyai Nur Fadillah (45 tahun). Jamaah haji asal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur ini meninggal dunia di atas pesawat dua jam sebelum mendarat di Kota Madinah, Arab Saudi. - (Dok Republika/Tangkapan Layar)

Singgung jamaah wafat di pesawat

Masih menurut Gus Irfan, salah satu hal yang disoroti Pemerintah Arab Saudi ialah transparansi data kesehatan jamaah haji asal Indonesia. Kementerian Haji Saudi mempersoalkan jumlah jamaah wafat yang diduga lantaran mereka tidak dalam kondisi sehat saat berangkat dari Tanah Air. 

“Ada yang meninggal, bahkan saat masih di pesawat. Why do you bring people to death here?” kata Gus Irfan, menirukan ucapan seorang perwakilan Kementerian Haji Arab Saudi dalam diskusi baru-baru ini, Selasa (10/6/2025).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement