Sabtu 31 May 2025 07:06 WIB

Al-Sharaa Dianggap Rezim Murtad, ISIS Serang Pemerintah Suriah Pertama Kali Sejak Assad Tumbang

Suriah masih mengalami gejolak stabilitas nasional.

Gerakan ISIS (ilustrasi). Suriah masih mengalami gejolak stabilitas nasional.
Foto: VOA
Gerakan ISIS (ilustrasi). Suriah masih mengalami gejolak stabilitas nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT— Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan di Suriah selatan.

termasuk satu serangan terhadap pasukan pemerintah, yang oleh pemantau perang dari pihak oposisi, disebut sebagai serangan pertama terhadap tentara Suriah yang dilakukan oleh para ekstremis sejak jatuhnya Bashar Assad.

Baca Juga

ISIS mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (31/5/2025) bahwa dalam satu serangan, sebuah bom yang menargetkan "kendaraan rezim murtad" meledak.

Hal ini menyebabkan tujuh tentara tewas atau terluka. Dikatakan bahwa serangan itu terjadi "Kamis lalu," atau 22 Mei, di Daerah al-Safa di padang pasir di provinsi selatan Sweida.

Dalam sebuah pernyataan terpisah, kelompok itu mengatakan serangan bom lain terjadi minggu ini di daerah terdekat, menargetkan anggota Tentara Pembebasan Suriah yang didukung Amerika Serikat. Serangan itu menewaskan satu orang pejuang dan melukai tiga lainnya.

Tidak ada komentar dari pemerintah atas klaim tersebut. Seorang juru bicara Tentara Pembebasan Suriah tidak segera menanggapi permintaan komentar dari The Associated Press.

Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa serangan terhadap pasukan pemerintah menewaskan seorang warga sipil dan melukai tiga tentara, dan menggambarkannya sebagai serangan pertama yang diklaim oleh ISIS terhadap pasukan Suriah sejak kekuasaan 54 tahun keluarga Assad berakhir pada bulan Desember.

ISIS, yang pernah menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak, menentang pemerintahan baru di Damaskus yang dipimpin oleh Presiden Ahmad al-Sharaa, yang pernah menjadi kepala cabang al-Qaida di Suriah dan berperang melawan ISIS.

Selama beberapa bulan terakhir, ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap Pasukan Demokratik Suriah yang didukung oleh Amerika Serikat dan dipimpin oleh Kurdi di timur laut.

ISIS dikalahkan di Suriah pada Maret 2019 ketika para pejuang SDF merebut wilayah terakhir yang dikuasai oleh para ekstremis. Sejak saat itu, sel-sel tidurnya telah melakukan serangan mematikan, terutama di timur dan timur laut Suriah.

Pada bulan Januari, media pemerintah melaporkan bahwa pejabat intelijen dalam pemerintahan pasca-Assad di Suriah menggagalkan rencana ISIS untuk meledakkan sebuah bom di sebuah tempat suci Muslim Syiah di selatan Damaskus.

BACA JUGA: Begini Respons tak Terduga Warganet Yaman, Saat Pesawat Terakhir Mereka Dibom Israel

Al-Sharaa bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Arab Saudi pada awal bulan ini, ketika pemimpin Amerika tersebut mengatakan bahwa Washington akan mengupayakan pencabutan sanksi-sanksi ekonomi yang melumpuhkan yang diberlakukan terhadap Damaskus sejak masa Assad.

Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan tersebut bahwa Trump mendesak al-Sharaa untuk secara diplomatis mengakui Israel, "mengatakan kepada semua teroris asing untuk meninggalkan Suriah" dan membantu Amerika Serikat menghentikan kebangkitan kelompok ISIS.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement