Jumat 30 May 2025 22:52 WIB

600 Hari Perang Gaza, Analis Israel Kompak Kuliti Kegagalan Operasi Militer Negara Mereka

Israel dinilai gagal mencapai tujuan perang mereka di Gaza.

Tentara Israel menghadiri pemkaman rekannya yang tewas di Gaza, di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, 27 April 2025.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Tentara Israel menghadiri pemkaman rekannya yang tewas di Gaza, di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, 27 April 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Media-media Israel memusatkan perhatian mereka pada hari ke-600 perang Gaza, menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Sosok yang sedang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) ini disalahkan karena melanjutkan perang "tanpa menjelaskan apa yang dia inginkan di akhir perang".

Baca Juga

Media Israel juga membahas posisi Tel Aviv sehubungan dengan negosiasi saat ini untuk mencapai gencatan senjata baru dan perjanjian pertukaran tahanan, dan alasan perang yang berkepanjangan.

Dikutip dari Aljazeera, Jumat (30/5/2025), setelah 600 hari perang, analis militer Channel 13, Alon Ben-David, mengatakan, "Kami tidak melihat cakrawala untuk mencapai dua tujuan perang yaitu membebaskan para tawanan yang diculik dan mengalahkan Hamas."

Analis politik Channel 13 Raviv Drucker mengungkapkan keyakinannya bahwa rasa malu Netanyahu atas serangan 7 Oktober 2023 tidak dapat dihapus dengan kembalinya para tawanan yang ditangkap dan gencatan senjata.

Menurut Drucker, Netanyahu tidak memiliki visi yang jelas untuk menghapus hal ini, tetapi dia melakukannya dengan kekuatan dan lebih banyak kekuatan.

Mantan Kepala Staf Israel Gadi Eisenkot mengungkapkan rincian apa yang terjadi di Kabinet pada 25 Oktober 2023 untuk memberikan suara pada operasi darat Israel di Jalur Gaza.

BACA JUGA: Begini Respons tak Terduga Warganet Yaman, Saat Pesawat Terakhir Mereka Dibom Israel

Pawai Ekstremis Yahudi di Al-Aqsa, Media Israel: Hanya Negara Sakit yang Rayakan Genosida

http://republika.co.id/berita//swz1eu320/pawai-ekstremis-yahudi-di-al-aqsa-media-israel-hanya-negara-sakit-yang-rayakan-genosida

 

Dalam pertemuan itu, kata Eisenkot, dipaparkan tujuan perang dan rencana untuk membubarkan Hamas, mencapai kontrol operasional, dan membangun rezim sipil baru di Gaza.

Namun, rencana tersebut terhambat oleh kenyataan bahwa beberapa anggota Kabinet memiliki tujuan yang berbeda, menurut Eizenkot, karena mereka memiliki visi yang berbeda untuk Jalur Gaza berdasarkan pemerintahan militer, pendudukan dan pemukiman kembali.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement