REPUBLIKA.CO.ID, PRINGSEWU — Tidak lama setelah memasuki samping rumah Dwi Indarto, aroma pakan dan kotoran hewan langsung menyengat hidung. Di belakang rumah itu, terdapat kandang kambing dan domba yang sudah berdiri kokoh.
Kandang itu menjadi saksi perjuangan seorang peternak lokal yang kini ikut memberi makna dalam ritual kurban. Tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, Dwi pun kembali menjadi mitra Dompet Dhuafa dalam program Tebar Hewan Kurban (THK).
Sebanyak 100 ekor kambing dan domba dari kandangnya di Desa Gading Rejo, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung, akan menjadi bagian dari distribusi hewan kurban ke daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).“Alhamdulillah, berkat kerja sama ini, saya bisa bantu biaya kuliah keponakan, penuhi kebutuhan keluarga, bahkan bisa nabung,” ujar pria 44 tahun ini sambil tersenyum bangga.
Perjalanan Dwi tak seketika. Pada 2015, ia hanya memelihara beberapa ekor kambing di pekarangan rumah. Penjualan pun tak menentu. Sejak bergabung dalam program pembinaan Dompet Dhuafa lima tahun lalu, usahanya tumbuh signifikan. Tak hanya dari sisi jumlah ternak, tapi juga sistem manajemen dan akses pasar yang jauh lebih luas.“Sekarang hanya tinggal beberapa ekor yang belum terjual. Yang lain sudah sold out,” kata dia.
Program pemberdayaan peternak lokal ini bukan hanya tentang jual beli hewan kurban. Bagi Dompet Dhuafa, ini adalah tentang membangun ekosistem kebaikan yang berkelanjutan.
Hewan kurban dipersiapkan jauh-jauh hari dengan standar yang ketat, dari bobot hingga kondisi kesehatan. Pendamping DD Farm Lampung, Rios Hendri Saputro menjelaskan, kambing dan domba DD Farm tersebut terbagi dalam beberapa kategori.