REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH – Kepala Badan Penyelenggara Haji Republik Indonesia (BP Haji RI), KH Moch Irfan Yusuf menegaskan Aceh bukan sekadar wilayah administratif, melainkan merupakan titik awal peradaban haji di Nusantara sejak abad ke-16.
Hal ini disampaikan Gus Irfan, begitu akrab disapa, saat melepas keberangkatan Jamaah Haji Kloter Pertama Provinsi Aceh di Asrama Haji Banda Aceh, Sabtu (17/5/2025) lalu.
“Dari pelabuhan Ulee Lheue, gema takbir dan talbiyah pernah menggetarkan lautan menuju Tanah Suci. Gema itu adalah warisan peradaban Islam yang berakar kuat di masyarakat Aceh,” ujar Gus Irfan dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (21/5/2025).
Menurut Gus Irfan, ibadah haji tidak hanya sekadar perjalanan fisik, melainkan juga refleksi dari cita-cita spiritual dan sosial umat Islam.
Dia mencontohkan sosok Syekh Abdurrauf as-Singkili sebagai teladan haji yang pulang membawa ilmu dan nilai-nilai peradaban Islam, membangun pendidikan dan penguatan umat di Tanah Air.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Irfan juga menyampaikan salam dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang memberikan perhatian besar terhadap kelancaran dan kualitas penyelenggaraan haji.
“Presiden menekankan pentingnya pelayanan terbaik bagi jemaah. Karena itu BP Haji RI dibentuk—untuk memastikan jemaah berangkat dengan baik, sehat, selamat, dan pulang dalam keadaan mabrur,” ucap dia.
Dia juga mengingatkan pentingnya menjaga semangat Tri Sukses Haji, yaitu sukses ritual, sukses ekosistem ekonomi, dan sukses keadaban serta peradaban.
Menurut dia, nilai-nilai ini telah lama diamalkan para ulama Aceh. Gus Irfan juga memberi pesan khusus kepada seluruh petugas haji agar mengutamakan pelayanan kepada jemaah, bahkan di atas ibadah pribadi ketika keduanya berbenturan.
Turut hadir dalam acara tersebut Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf, yang menekankan pentingnya kesabaran dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah haji. “Semoga jemaah haji Aceh tahun ini meraih kemabruran yang sejati,” ujar Muzakkir.
Sementara itu, Kakanwil Kemenag Aceh, Azhari dalam laporannya menyampaikan bahwa Kloter Pertama terdiri dari 393 jamaah dan tujuh petugas, yang akan menempati Sektor 9 Misfalah di Makkah.
Jamaah termuda adalah Sakina (20 tahun) asal Banda Aceh, sedangkan yang tertua adalah Taqiyah binti Moh Yusuf (87 tahun).
Total jamaah haji asal Aceh tahun ini mencapai 4.378 orang. Adapun masa tunggu haji di Aceh saat ini mencapai 34 tahun, dengan lebih dari 135.915 calon jamaah dalam daftar antrean.
Pelepasan kloter pertama l ini menjadi simbol komitmen Aceh dalam menjaga tradisi dan semangat spiritual umat.
Dengan akar sejarah yang kuat dan semangat pelayanan yang tinggi, Aceh kembali menunjukkan dirinya bukan hanya sebagai Serambi Makkah, melainkan juga sebagai teladan nasional dalam penyelenggaraan haji yang berdampak dan berkeadaban.
