REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Manusia zaman jahiliyah kerap menginginkan keajaiban. Tujuannya untuk membuktikan bahwa seseorang memang luar biasa dan layak jadi panutan, bahkan layak disebut utusan Allah. Hal itu dialami semua nabi dan rasul, salah satunya adalah Isa putra Maryam, satu-satunya nabi yang disebut putra sang ibunda.
Suatu ketika, orang-orang kafir meminta Isa ruhullah untuk membangkitkan orang yang sudah mati. Bahkan bukan sembarang jenazah, orang-orang meminta Isa membangkitkan jenazah Ham bin Nuh, putra nabi yang umatnya dilanda banjir besar. Tapi orang-orang itu tidak menunjukkan dimana makam orang tersebut.
Nabi Isa berjalan ke sebuah tempat. Di atas tanah yang tak ada tanda batu nisan. Putra Maryam berdiri di sana. Kemudian Allah memberikan mukjizat seorang lelaki bangkit dari dalam tanah itu. Dialah Ham bin Nuh.
Ham merupakan putra kedua dari 3 putra Nuh yang selamat dari bencana air bah yang membinasakan seluruh bumi. Bersama-sama saudara-saudara laki-lakinya: Sam yang sulung dan Yafet si bungsu, ia menurunkan bangsa-bangsa di dunia.
Allah menjelaskan Ham bin Nuh beserta saudaranya melanjutkan keturunan manusia, sebagaimana dijelaskan dalam as-Saffat ayat 77,
وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُۥ هُمُ ٱلْبَاقِينَ
Wa ja'alnā żurriyyatahụ humul-bāqīn
Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.
Ahli tafsir dari Mesir Prof Wahbah Zuhili menyebut nama Ham bin Nuh dalam tafsir al-Wajiz.
Terkejut
Ham terkejut ketika bangkit dari kubur. Yang ada di benaknya adalah bahwa hari itu telah terjadi kiamat. Dia bertanya-tanya apakah ini sudah kiamat. Namun nabi Isa ketika itu menjawab, belum. Kemudian orang-orang meminta penjelasan, bagaimana banjir besar terjadi.