REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT — Pasukan Penjajah Israel (IDF) menembak mati seorang bocah Palestina berusia 12 tahun, Mahmoud Mithqal Ali Abu al-Hayja, di kota al-Yamun, sebelah barat Jenin, Tepi Barat. Mahmoud menjadi syuhada setelah kematiannya dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan Palestina pada Rabu (22/4/2025).
Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan anak berusia 12 tahun itu berlari bersama sekelompok anak sebelum dieksekusi dengan kejam oleh penembak jitu Israel. Selain itu, tembakan penjajah melukai delapan warga Palestina, satu orang terkena tembakan langsung. Tiga lahan pertanian dibakar selama serangan pemukim di kota Sinjil, sebelah utara Ramallah, menurut koresponden Al Mayadeen.
Serangan Israel di Tepi Barat juga telah menyebabkan pemindahan 29 komunitas Palestina, yang terdiri dari 311 keluarga, berjumlah sekitar 2.000 orang. Pemindahan tersebut berlangsung antara 7 Oktober 2023, hingga akhir tahun 2024, menurut Komisi Perlawanan Tembok dan Permukiman.
The farewell of the child Mahmoud Abu Al Haija (12) who was shot dead by the occupation forces in Al Yamoun village, west of Jenin. pic.twitter.com/mLGPplycZ4
— Eye on Palestine (@EyeonPalestine) April 23, 2025
Pasukan penjajah juga meluncurkan penahanan berskala besar di berbagai kota dan desa di Tepi Barat yang diduduki pada Rabu pagi. Penjajah meningkatkan agresi yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina.
Selama penyerbuan tersebut, tentara Israel menahan lebih dari 15 tahanan Palestina, termasuk mantan tahanan Hanan al-Barghouthi dari desa Kaubar, utara Ramallah. Penahanan tersebut meluas ke al-Dhahiriya, selatan al-Khalil, tempat pasukan mengubah salah satu rumah menjadi pos militer.
Di Tulkarm, satu unit pasukan pendudukan Israel, disertai dengan dua buldoser, menyerbu wilayah timur lingkungan Dhanaba dan meledakkan sebuah benda di bukit Iskan dekat kamp pengungsi Nour Shams, menurut media Palestina.
Sementara itu, di Nablus, pasukan pendudukan mundur dari kota Beit Furik, timur kota, setelah penyerbuan selama lima jam yang ditandai dengan ledakan. Selama operasi tersebut, dua pemuda Palestina, Laith Bashar Nasasrah dan Fouad Ziyad Nasasrah, ditahan setelah rumah mereka diserbu dan digeledah.