Rabu 23 Apr 2025 18:53 WIB

Jaga Hati dan Lisan, Ini Caranya

Muslim yang mampu menjaga hati, pikiran dan lisan insya Allah dibalas dengan surga.

Berdoa (ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Berdoa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-‘Aliim merupakan salah satu dari nama-nama terbaik (Asmaul Husna) yang hanya dimiliki Allah Ta’ala. Artinya itu adalah “Allah Maha Mengetahui.” “Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan” (QS at-Taghabun: 4).

Ayat Alquran itu mengisyaratkan seluruh insan untuk menyadari keagungan Allah SWT. Kadang kala, manusia merasa bebas melakukan apa pun. Padahal, mereka semua pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari kiamat.

Baca Juga

Sekurang-kurangnya, seorang Mukmin harus menginsafi dirinya. Jangan sampai hati dan lisannya menjadi alat keburukan.

Jauhi prasangka

Hati yang keruh menjadi lahan subur untuk perasaan iri dan dengki. Dari sana, timbul syak wasangka yang tidak berdasar bukti yang kuat. Lebih parah lagi ketika emosi batin itu terlampiaskan. Hasilnya adalah dusta atau fitnah demi menjatuhkan nama baik orang lain.

Alquran menasihati kita. “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.

Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang” (QS al-Hujurat: 12).

Introspeksi diri

Umar bin Khattab berkata, “Perhitungkanlah diri kalian sebelum kalian dihitung. Timbanglah amal kalian sebelum perbuatan kalian ditimbang.” Sang fakih, Hasan al-Bashri pernah menyampaikan petuah, “Orang-orang yang paling mudah melalui masa penghitungan amal kelak pada hari kiamat adalah mereka yang semasa hidupnya senantiasa mengintrospeksi diri demi meraih ridha Allah.”

Maka, jadikanlah hati dan lisan sebagai alat untuk menilai diri sendiri terlebih dahulu. Proses muhasabah penting untuk meningkatkan kualitas pribadi sebagai seorang hamba Allah. Bila menyadari kesalahan dan dosa, segeralah bertobat. “Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri” (QS al-Baqarah: 222).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Jaminan surga

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement