Selasa 15 Apr 2025 09:31 WIB

6.500 Akademisi dan Guru Israel Tandatangani Petisi Tuntut Sandera Dibebaskan

Para akademisi itu berpendapat genosida ini lebih banyak melayani kepentingan politik

Bangsal rawat jalan dan laboratorium rumah sakit Baptis Arab Al-Ahli setelah terkena serangan tentara Israel di Kota Gaza, Ahad, 13 April 2025.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Bangsal rawat jalan dan laboratorium rumah sakit Baptis Arab Al-Ahli setelah terkena serangan tentara Israel di Kota Gaza, Ahad, 13 April 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Lebih dari 6.500 akademisi dan guru di Israel, serta sekitar 1.000 orang tua murid, menandatangani sejumlah petisi pada Senin (14/4/2025) guna mendesak pemerintah di Tel Aviv segera membebaskan para sandera yang ditahan di Jalur Gaza.

Ribuan orang dari kalangan terpelajar itu menyatakan pembebasan sandera harus dilakukan, bahkan jika hal itu harus mengakhiri perang di wilayah tersebut.

Baca Juga

Menurut laporan harian Haaretz, sekitar 3.500 akademisi menandatangani sebuah petisi yang mendukung surat sebelumnya dari para tentara cadangan Angkatan Udara Israel yang menuntut pembebasan para sandera dan diakhirinya genosida.

“Kami, para anggota staf akademik di institusi pendidikan tinggi, bergabung dengan seruan para prajurit Angkatan Udara dan menuntut pemulangan para sandera secara segera, meskipun itu berarti perang harus dihentikan sekarang juga,” demikian isi pernyataan dalam petisi tersebut.

Para akademisi itu berpendapat genosida ini lebih banyak melayani kepentingan politik dan pribadi. Jika dilanjutkan, perang akan menyebabkan lebih banyak kematian, baik di pihak sandera, tentara, maupun warga sipil yang tidak bersalah serta menguras kekuatan cadangan militer.”

Mereka juga menambahkan, seperti yang telah terbukti di masa lalu, hanya kesepakatan melalui negosiasi yang dapat menjamin pemulangan para sandera ke Israel dengan aman.

"Dalam petisi serupa, lebih dari 3.000 guru juga menekankan ini bukanlah seruan untuk menolak wajib militer, melainkan sebuah permohonan untuk menyelamatkan nyawa,” demikian tulis Haaretz.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement