REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama sufi ini adalah Abu Sulaiman al-Darani. Lengkapnya, Abdurrahman bin Ahmad bin Athiyyah. Seperti tampak pada gelarnya, ia berasal dari perkampungan Daara, yang terletak di selatan Damaskus, Suriah.
Dalam kitab Fadhilah Hajj karya Syekh Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi, diceritakan sebuah peristiwa yang dialami sang salik. Kala itu, Abu Sulaiman al-Darani dalam perjalanan menuju Tanah Suci. Niatnya adalah untuk melaksanakan haji sekaligus berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.
Dalam perjalanannya itu, ia tidak membawa bekal memadai. Belum sampai ke tujuan, dirinya bertemu dengan seorang pemuda Irak. Kebetulan, pemuda tersebut berjalan dengan tujuan yang sama.
Akan tetapi, Syekh Abu Sulaiman memperhatikan, pemuda itu selalu sibuk membaca Alquran tatkala kafilah berjalan. Apabila kafilah singgah di suatu tempat, remaja Irak ini selalu menyempatkan diri untuk shalat. Siang hari, si pemuda berpuasa, sedangkan pada malamnya sibuk shalat.
"Ia menempuh seluruh perjalanan dengan keadaan seperti itu hingga kami sampai ke Makkah Mukarramah," kata Syekh Abu Sulaiman, seperti dikutip buku Fadhilah Hajj.
Sesampainya di Makkah, pemuda itu berpamitan kepada sang syekh. Sebelum berpisah, salik tersebut bertanya kepadanya.
"Wahai anakku, apakah yang mendorongmu untuk melakukan mujahadah seperti yang telah aku saksikan sepanjang perjalanan tadi?"
Pemuda itu menjawab. "Wahai Syekh, aku telah melihat sebuah istana surga di dalam mimpi."
Melihat Abu Sulaiman terdiam, si remaja meneruskan deskripsinya tentang mimpinya itu. "Bangunan istana itu terbuat dari batu bata emas dan perak sampai atas. Kamar-kamarnya juga terbuat dari emas dan perak Yang membuatku takjub, ada seorang bidadari di dalamnya. Wanita itu tersenyum dan memberikan arahan bagaimana aku bisa mendapat istana dengan segala isinya itu," tuturnya.
View this post on Instagram