Sabtu 12 Apr 2025 23:59 WIB

Pengakuan Tentara Israel yang Mengejutkan Ungkap Rencana Jahat Zionis di Jalur Gaza

Israel berhasil membuat zona penyangga di Jalur Gaza.

Foto udara yang diambil dengan drone menunjukkan tenda-tenda di antara reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara dan darat Israel di Jabaliya, Jalur Gaza, Ahad (16/2/2025). Warga Gaza telah kembali ke rumah mereka pasca adanya genjatan senjata. Namun mereka dihadapkan pada persoalan membangun kembali tempat tinggal mereka yang sebagian besar hancur akibat serangan darat dan udara Israel. Warga Gaza, kini hidup diantara reruntuhan bangunan, mencoba membangun kembali rumah-rumah mereka dengan kemampuan seadanya.
Foto: AP Photo/Mohammad Abu Samra
Foto udara yang diambil dengan drone menunjukkan tenda-tenda di antara reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara dan darat Israel di Jabaliya, Jalur Gaza, Ahad (16/2/2025). Warga Gaza telah kembali ke rumah mereka pasca adanya genjatan senjata. Namun mereka dihadapkan pada persoalan membangun kembali tempat tinggal mereka yang sebagian besar hancur akibat serangan darat dan udara Israel. Warga Gaza, kini hidup diantara reruntuhan bangunan, mencoba membangun kembali rumah-rumah mereka dengan kemampuan seadanya.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM— Sebuah laporan dari Breaking the Silence mengungkapkan bahwa tentara pendudukan Israel telah menerapkan "rencana sistematis" untuk menghancurkan wilayah yang luas di dalam Jalur Gaza, hingga 1,5 kilometer, dengan tujuan menciptakan zona penyangga yang bebas dari keberadaan warga Palestina.

Laporan tersebut, yang salinannya diperoleh Aljazeera.net, didasarkan pada kesaksian tentara Israel yang telah melakukan serangan darat ke Jalur Gaza dan memberikan kesaksian tentang "penghancuran sistematis" terhadap kehidupan sipil jauh di dalam Gaza.

Baca Juga

Kesaksian-kesaksian tersebut menyoroti perintah yang diterima oleh para tentara dari para perwira mereka, termasuk instruksi eksplisit untuk "membunuh" siapa pun yang mendekat, dan untuk sepenuhnya meratakan tanah di dalam wilayah yang dikenal sebagai "perimeter" atau "batas", zona penyangga yang terbentang antara 800 meter dan 1,5 kilometer jauh di dalam wilayah Palestina di Jalur Gaza.

Pendekatan yang merusak

Menurut kesaksian, sejak hari pertama serangan darat, tentara mulai menerapkan rencana ini, yang dirahasiakan, dan memaksakan fait accompli di lapangan sebagai persiapan untuk menguasai sepenuhnya nanti.

Selain penghancuran infrastruktur dan kehidupan sipil, laporan tersebut memperingatkan bahaya yang mengancam tentara Israel sendiri, serta warga sipil Palestina dan bahkan para tahanan Israel di dalam Gaza.

Beberapa perwira dan tentara yang memberikan kesaksian untuk Breaking the Silence mencoba menjelaskan logika di balik kehancuran yang meluas di Gaza.

Seorang perwira senior menyimpulkannya dengan kejujuran yang mengejutkan, berbicara tentang "keseimbangan" antara "tidak bangun di pagi hari"-mengacu pada risiko menargetkan tentara- dan "menghancurkan lingkungan"- mengacu pada risiko tentara menjadi sasaran- dan "menghancurkan lingkungan sekitar," seolah-olah pilihan yang wajar adalah menghilangkan segala sesuatu yang mungkin menjadi ancaman potensial.

BACA JUGA: Ayat Terakhir yang Dibaca Umar Bin Khattab dan Tangisan para Sahabat Iringi Kematiannya

"Jika kami mengidentifikasi tersangka, kami langsung menembak, kami ingin mereka tahu bahwa mereka bahkan tidak diizinkan meninggalkan rumah mereka," kata seorang tentara lain dari unit lapis baja, yang pernah bekerja dalam misi pengintaian di dekat zona penyangga.

Dia menambahkan bahwa setiap bangunan yang menghadap ke zona penyangga yang dapat digunakan untuk menembak segera dihancurkan, dan menambahkan, "Sebuah buldoser D9 bergerak masuk dan menyingkirkan semua yang dilewatinya, itulah yang diperintahkan kepada kami, kami sudah selesai dengan omong kosong ini, kami tidak akan bermain-main lagi."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement