REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengungkapkan kondisi terkini warga Gaza secara umum dan Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Palestina. Secara umum warga Gaza menghadapi dua beban ekstrem di antaranya serangan bom Israel yang terus menerus dan kelaparan akibat tidak adanya pasokan makanan ke Gaza.
Ketua Presidium MER-C, Dokter Hadiki Habib mengatakan, RS Indonesia di Gaza Utara tetap berfungsi. Area pelayanan seperti unit gawat darurat (UGD), rawat jalan, rawat inap, kamar operasi, ruang rawat intensif dan kamar jenazah, semuanya sudah berfungsi.
Ia menegaskan, agar fungsi RS Indonesia dapat berkelanjutan, maka pembukaan blokade kebutuhan dasar makanan serta bahan bakar itu sangat esensial.
"Ketika blokade dibuka maka rumah sakit akan lebih berdaya lagi untuk memberikan dukungan kepada masyarakat korban perang yang ada di dalam Gaza," kata Dokter Hadiki kepada Republika di kantor Republika, Jumat (11/4/2025)
Ia menyampaikan, program MER-C adalah mengaktifkan terus RS Indonesia dan memberdayakan area-area pelayanan. Supaya manfaat yang bisa didapatkan masyarakat di Gaza semakin besar.
MER-C melihat kondisi di Jalur Gaza saat ini diambang katastropik kemanusiaan. Artinya, serangan bom dan blokade makanan oleh Israel semakin intensif.
"Jadi kita bisa bayangkan ada risiko kelaparan ditambah lagi risiko perang akibat senjata dan bom, dan kehancuran tempat tinggalnya, jadi ini kalau dibiarkan maka bisa timbul penyakit infeksi menular, kemudian luka-luka yang tidak terobati, serta yang paling mendasar adalah kondisi mental masyarakat," jelas Dokter Hadiki.
MER-C menyampaikan, berdasarkan laporan dari tim Emergency Medical Team (EMT) MER-C ke-8 yang saat ini berada di RS Indonesia di Gaza Utara, kondisi di Gaza secara keseluruhan masih mengalami krisis kemanusiaan yang akan jatuh ke kondisi yang semakin katastropik.
Hal itu terjadi karena serangan bom dari pihak penjajah Israel masih terus terjadi secara intens dan terjadi. Kemudian masih terjadi pembatasan atau penghentian masuknya jalur-jalur bantuan ke dalam Gaza.
"Sehingga masyarakat Gaza mendapatkan dua beban, satu beban risiko trauma akibat serangan bom, yang kedua adalah beban kelaparan akibat tidak adanya pasokan makanan," ujar Dokter Hadiki.