REPUBLIKA.CO.ID,
Dapat Dukungan Amerika, Israel Terus Bunuh Anak-anak dan Wanita Gaza
GAZA -- Sumber-sumber medis mengkonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa 29 warga Palestina dibunuh Israel dan beberapa lainnya terluka pada Kamis (10/4/2025) dalam serangan udara dan artileri Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, Palestina. Militer Israel mengklaim telah membunuh seorang komandan senior Hamas dalam operasi tersebut.
Seorang wanita Palestina wafat dan dua lainnya terluka oleh serangan Israel terhadap sebuah rumah di dekat Kompleks Medis Nasser di Khan Yunis barat, Gaza selatan, demikian menurut Al-Jazeera.
Diberitakan Palestine Chronicle, Kamis (10/4/2025), di bagian timur kota, seorang anak meninggal dunia akibat luka-luka yang dideritanya akibat ditembak Israel sebelumnya di kota al-Fukhari. Sementara mayat lainnya ditemukan setelah serangan di daerah Qizan Raswan.
Sebuah pesawat tak berawak Israel juga menargetkan sebuah tenda yang menampung para pengungsi Palestina di al-Mawasi, sebelah barat Khan Yunis. Tembakan tambahan dilaporkan menghantam daerah dekat Masjid Um Habiba dan pasar sepeda di Qizan al-Najjar, juga di selatan Khan Yunis.
Lebih jauh ke selatan di Rafah, seorang pria Palestina dibunuh oleh tembakan Israel di daerah al-Shakoush di al-Mawasi. Satu orang lainnya wafat dalam serangan terhadap sebuah tenda di daerah al-Zahra, Gaza tengah.
Enam Orang Wafat di Shejaiya
Di lingkungan Shejaiya, timur Kota Gaza, tentara Israel telah melakukan operasi selama tujuh hari berturut-turut. Enam warga Palestina wafat dan beberapa lainnya terluka dalam serangan udara yang menargetkan sebuah rumah milik keluarga Abu al-Awn.
Ambulans membawa para korban ke Rumah Sakit Nasional Arab. Serangan tersebut bertepatan dengan serangan lain di dekat persimpangan al-Samer di pusat Kota Gaza, yang membunuh empat warga Palestina, termasuk seorang gadis muda.
Menurut Kantor Berita Anadolu, dua orang juga terluka ketika pesawat tak berawak Israel menjatuhkan bom di rumah keluarga Hassanein di lingkungan al-Tuffah, sebelah timur Kota Gaza.
Di bagian utara, artileri Israel membombardir Beit Lahia, sementara pesawat tempur menembakkan suar di atas Beit Hanoun bagian timur. Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan menghancurkan beberapa bangunan tempat tinggal di Rafah dengan menggunakan bahan peledak, dan helikopter menembaki rumah-rumah dan lahan pertanian di kota tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa 41 orang wafat dan 146 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir. Sejak dimulainya kembali serangan tersebut, jumlah korban wafat telah meningkat menjadi 1.523 orang, dengan 3.834 orang terluka.
Secara keseluruhan, jumlah total korban sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 50.857 orang yang wafat dan 115.875 orang terluka.
Pembunuhan yang Ditargetkan
Militer Israel mengumumkan wafatnya Haitham al-Sheikh Khalil, komandan Batalyon Hamas al-Shejaiya, dalam sebuah serangan udara pada hari Rabu di Kota Gaza.
Menurut sebuah pernyataan, tentara dan Shin Bet menargetkan sebuah pusat komando dan kontrol yang berjarak sekitar satu kilometer dari pasukan Israel yang beroperasi di daerah tersebut.
Israel menuduh bahwa Khalil telah mengawasi operasi selama serangan Banjir Al-Aqsa, termasuk serangan terhadap pemukiman Nahal Oz. Mereka juga mengklaim bahwa ia bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan serangan terhadap pasukan Israel, termasuk menanam bahan peledak dan zona tempur jebakan.
Genosida sedang berlangsung di Gaza
Kekerasan baru Israel pada 18 Maret 2025 telah melanggar gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025. Aksi militer terbaru ini telah membunuh ratusan warga Palestina dan melukai lebih banyak lagi, terutama warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Meskipun pelanggaran tersebut telah dikutuk oleh banyak negara dan kelompok hak asasi manusia (HAM), Amerika Serikat (AS) tetap mendukung Israel, dengan menyatakan bahwa kampanye militer tersebut dilakukan dengan sepengetahuan dan persetujuan dari Washington.
Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 50.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan meninggalkan Gaza dalam kehancuran.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menuduh mereka melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di daerah kantong yang terkepung tersebut.