REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sembilan warga Palestina wafat dan 20 lainnya terluka ketika pesawat tempur Israel menyerang sebuah tenda yang menampung para pengungsi di daerah Al-Mawasi dan sebuah rumah di lingkungan Al-Amal, sebelah barat Khan Yunis, Jalur Gaza selatan, pada Ahad (6/4/2025), berdasarkan laporan Al-Jazeera. Penembakan terhadap tenda tersebut membunuh enam warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Sementara itu, tiga anggota keluarga yang sama dibunuh ketika rumah mereka hancur total. Sumber-sumber Palestina mengatakan di antara korban wafat di Al-Amal adalah wartawan Islam Muqdad, demikian dikutip dari laman Palestine Chronicle, Ahad (6/4/2025)
Sementara itu, artileri Israel menggempur Kota Abasan, sebelah timur Khan Yunis. Di dekat Rafah, penembakan terus berlanjut, dengan pasukan Israel mengerahkan lebih banyak pasukan sebagai bagian dari serangan yang sedang berlangsung.
Al-Aqsa TV melaporkan tank-tank Israel yang menyerbu daerah tersebut melepaskan tembakan berat ke arah utara dan timur Rafah. Para saksi mata mengatakan ledakan besar mengguncang kota ketika pasukan Israel menghancurkan bangunan-bangunan tempat tinggal di bagian utara.
Sebelum fajar pada hari Ahad, pasukan Israel melancarkan operasi pengeboman baru terhadap bangunan-bangunan di utara kota. Di Jalur Gaza tengah, dua orang Palestina wafat dalam serangan udara di dekat Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah. Sementara banyak warga mengungsi dari daerah dekat kamp Nuseirat karena penembakan yang terus berlanjut.
Dalam beberapa hari terakhir, lingkungan Sheja'iyya dan al-Tuffah di timur Kota Gaza menjadi saksi pengeboman yang intens oleh Israel yang selalu membunuh anak-anak dan wanita di Gaza. Israel selalu membantai warga sipil dan mengakibatkan pengungsian massal.
Dua warga Palestina lainnya wafat dan beberapa lainnya terluka ketika sebuah rumah dibom di lingkungan Zeitoun di selatan Kota Gaza. Sebelumnya, dua warga wafat dan beberapa lainnya terluka dalam serangan udara Israel di dekat Sekolah Ain Jalut di lingkungan yang sama.
Sumber-sumber medis mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa 16 orang wafat dalam serangan udara Israel sejak fajar pada hari Ahad. Jumlah total warga Palestina yang dibunuh Israel dalam 24 jam terakhir menjadi 46 orang. Ini termasuk 10 orang yang terbunuh di Khan Yunis dan yang lainnya di Kota Gaza dan Rafah. Jumlah korban wafat secara keseluruhan sejak Sabtu pagi telah mencapai 41 orang, menurut sumber yang sama.
Pasukan Israel yang sedang menjajah Palestina dan melakukan genosida di Gaza juga melanjutkan serangan mereka di pinggiran lingkungan Sheja'iyya untuk hari kedua berturut-turut, di tengah penembakan udara dan artileri terhadap para pengungsi dan tempat penampungan mereka. Banyak keluarga yang terjebak di daerah tersebut tidak dapat meninggalkan tenda atau reruntuhan rumah mereka karena intensitas penembakan, sehingga memperparah kondisi kemanusiaan yang sudah sangat buruk.
Lebih jauh ke utara, pasukan Israel telah melakukan operasi perataan tanah dan menghancurkan rumah-rumah di Beit Lahia dan Beit Hanoun selama kurang lebih 17 hari. Mereka terus menembaki warga yang mencari makanan dan air.
Tentara Israel mengumumkan pada Sabtu bahwa pasukannya telah memulai operasi pertama mereka di sepanjang apa yang disebut poros Morag, yang memisahkan Khan Yunis dari Rafah. Mereka merilis rekaman yang menunjukkan operasinya di daerah tersebut dan mengonfirmasi bahwa Divisi ke-36 telah kembali ke operasi Gaza.
Genosida yang dilakukan Israel pada 18 Maret 2025 telah melanggar gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025. Aksi militer terbaru ini telah membunuh ratusan warga Palestina dan melukai lebih banyak lagi, terutama warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Meskipun pelanggaran tersebut telah dikutuk oleh banyak negara dan kelompok hak asasi manusia (HAM), Amerika Serikat (AS) tetap mendukung Israel melakukan penjajahan dan genosida, dengan menyatakan bahwa kampanye militer tersebut dilakukan dengan sepengetahuan dan persetujuan dari Washington. Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 50 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan meninggalkan Gaza dalam kehancuran.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menuduh mereka melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di daerah Gaza.