REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekerjaan terberat setelah Ramadhan pergi adalah menjaga keistiqamahan. Hal ini karena suasana dan dorongan untuk melakukan ibadah di luar bulan Ramadhan berbeda dengan bulan lainnya.
Di luar Ramadhan menuntut kesungguhan dan tekad yang kuat agar tetap istiqamah melaksanakan kebiasaan ibadah dan kebaikan-kebaikan.
Mengingat pentingnya istiqamah ini, Rasulullah SAW memberikan wasiat khusus kepada sahabatnya agar terus menjaganya. Diriwayatkan dari Abu ‘Amr --ada yang mengatakan Abu ‘Amrah-- Sufyan bin Abdillah RA, dia berkata, "Aku berkata, 'Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku satu perkataan dalam Islam, yang aku tidak akan bertanya lagi kepada seorang pun selain engkau.' Beliau SAW bersabda, 'Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah'.” (HR Muslim nomor 38).
Perlu diingat bahwa besar kecilnya nilai suatu amalan di hadapan Allah SWT salah satunya dapat ditentukan dari keistiqamahan dalam menjalankannya. Amal kecil yang dilakukan secara istiqamah itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah SWT daripada amal yang besar, tapi tidak dilakukan secara konsisten.
Hal ini telah ditegaskan dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan dari ’Aisyah RA. Dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus walaupun itu sedikit.” (HR Muslim nomor 83).
Selain mendapat kecintaan Allah SWT, orang yang senantiasa istiqamah akan mendapatkan kekuatan untuk teguh dalam pendirian dan sikap yang benar. Hal ini dikarenakan Allah SWT telah menguatkan dan mengokohkan hatinya.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, 'Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'." (QS Fushshilat: 30).
Tak hanya itu, pahala kebaikan orang yang istiqamah dalam suatu amal akan terus mengalir walaupun tidak dilaksanakan karena uzur syar’i seperti sakit atau bepergian.

Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR Bukhari nomor 2996).
Menjadi pribadi istiqamah dalam kebaikan pasca Ramadhan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun juga bukan berarti tidak dapat dilakukan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar bisa membantu untuk istiqamah. Pertama, terus berupaya memperkuat keimanan dengan memahami kalimat dua syahadat dan mengamalkannya dengan benar.