Rabu 26 Mar 2025 14:14 WIB

Jejak Kejayaan Islam di Sisilia

Sebuah kerajaan Islam pernah berdiri di pulau selatan Italia itu.

ILUSTRASI Bagian luar dari Gereja San Giovanni degli Eremiti di Palermo, Sisilia. Bangunan tua di pulau selatan Italia itu menampilkan kekhasan arsitektur Islam.
Foto: wiki
ILUSTRASI Bagian luar dari Gereja San Giovanni degli Eremiti di Palermo, Sisilia. Bangunan tua di pulau selatan Italia itu menampilkan kekhasan arsitektur Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sisilia adalah pulau terbesar di Laut Mediterania yang terletak di lepas ujung selatan negara Italia, dipisahkan dari daratan utama oleh Selat Messina. Pulau ini didominasi oleh pegunungan dan perbukitan, dengan Gunung Etna—gunung berapi aktif tertinggi di Eropa—sebagai salah satu ciri geografis utamanya.

Dalam rentang sejarahnya, Sisilia pernah menjadi bagian dari pemerintahan atau daulah Islam. Ibnu Hauqal, seorang ahli geografi dari Baghdad, singgah di Sisilia pada 872 M. Petualang tersebut menulis tentang pulau yang ketika itu merupakan sebuah emirat Muslim yang merdeka. Menurutnya, istana sang amir berdiri dengan megah di Palermo, ibu kota setempat. Di dekatnya, terdapat masjid agung dan katedral.

Baca Juga

Ia juga mencatat, kehidupan di Sisilia sangat dinamis. Untuk urusan ibadah, penguasa setempat membangun masjid-masjid. Dikatakan Ibnu Hauqal, jumlah masjid di pulau tersebut lebih banyak daripada yang ada di kota-kota lain yang pernah disambanginya. Perayaan Idul Fitri dan Idul Adha pun selalu lebih meriah.

Untuk perkara ekonomi, Emirat Sisilia mementingkan kenyamanan bisnis dan perniagaan di tengah masyarakat. Ibnu Hauqal menghitung, tidak kurang dari 150 pasar berdiri di Sisilia. Pelabuhan-pelabuhan di kawasan pantainya tentu selalu ramai. Pulau terbesar seantero Laut Tengah ini memang sejak era pra-Islam menjadi salah satu bandar utama di Mediterania.

Emirat Sisilia pun mengembangkan beragam industri, termasuk kertas serta kerajinan emas dan perak. Para raja Muslim menetapkan koin emas yang dinamakan ruba’ya sebagai mata uang. Dinamakan demikian karena nilainya setara seperempat dinar. Penggunaan ruba’ya diterima di kota-kota pelabuhan Mesir dan Syam.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Walaupun lebih masyhur sebagai daerah perdagangan, Sisilia tetap menghasilkan sederet ahli ilmu. Sejumlah cendekiawan Muslim menjadikan pulau itu sebagai negerinya. Misalnya, Ismail bin Khalaf, seorang pakar ilmu qiraat yang menulis Kitab Alfi al-Qira’at; Yahya bin Umar, seorang ulama Maliki; serta Abu Bakar Muhammad at-Tamimi, pakar tasawuf yang pengikut tarekat Syekh Junaid al-Baghdadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement