REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap kaum pasti mempunyai hari raya. Adapun Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri merupakan hari raya kita (umat Islam)." Sebelum hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, penduduk Arab lokal memiliki perayaan tahunan bernama Nairuz dan Mihrajan. Keduanya mengikuti tradisi ala Persia.
Begitu Nabi SAW berada di tengah-tengah masyarakat Madinah, kebiasaan itu tak lagi dilakukan. Beliau membawa syariat Islam, yang di dalamnya terdapat dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu (Nairuz dan Mihrajan) dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha." Penduduk Madinah pun dengan antusias mengganti perayaan Nairuz dan Mihrajan dengan Idul Fitri dan Idul Adha.
Secara kebahasaan, Idul Fitri merupakan gabungan dari kata 'id dan al-fitr. 'Id berakar kata pada 'aada atau 'awada, yang antara lain berarti 'hal yang berulang kali datang/terjadi' serta 'aadah yakni 'kembali.'
Adapun kata al-fitr dalam bahasa Indonesia menjadi 'fitrah' atau 'asali.' Kata ini dalam bahasa Arab, fithar, berarti 'perangai', sedangkan kata fathara berarti 'membuka' atau 'membelah.'
Dengan demikian, Idul Fitri dapat disimpulkan bermakna sebagai sebuah perayaan berulang kali yang bertujuan mengembalikan atau membuka kembali kondisi asali seorang anak manusia. KH Muhammad Sholikhin dalam bukunya, Di Balik 7 Hari Besar Islam, berpendapat serupa.
Kata al-'id, menurutnya, merupakan musytaq dari mashdar kata al-'uud yang berarti 'selalu kembali setiap tahun.' Dengan perkataan lain, Idul Fitri bermakna 'kembalinya kebahagiaan setiap tahun.'

Perang Badar
Umat Islam merayakan untuk pertama kalinya Idul Fitri ketika Perang Badar usai, yakni pada 17 Ramadhan tahun kedua hijrah. Meskipun dengan jumlahnya sedikit, pasukan Muslimin yang terdiri atas 319 orang berhasil mengalahkan sekitar seribu orang pasukan musyrikin Quraisy. Dengan demikian, ada dua kemenangan yang dirasakan kaum Muslim pada waktu itu, yakni raihan di medan jihad fisik dan jihad melawan hawa nafsu.
Seperti diketahui, sejak tahun kedua hijrah, Allah SWT mewajibkan umat Islam un tuk menunaikan ibadah puasa pada Ramadhan. Menurut sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menunaikan shalat Idul Fitri pertama mereka dengan kondisi tubuh yang masih belum pulih akibat luka-luka sisa Perang Badar.