REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Semua moda transportasi menjelang lebaran atau Idul Fitri 1446 H dipenuhi oleh penumpang yang sedang melakukan mudik. Tidak terkecuali kereta yang menjadi pilihan favorit masyarakat untuk mudik ke berbagai daerah baik Jawa maupun Sumatra.
Lantas, bagaimana masyarakat Muslim yang sedang ibadah puasa Ramadhan tetap bisa menunaikan sholat wajib di atas kereta saat mudik?
Ustaz Ahmad Sarwat Lc dalam buku Sholat di Kendaraan terbitan Rumah Fiqih Publishing menerangkan, sholat wajib di atas kereta dalam beberapa kasus masih dimungkinkan. Asalkan bisa memenuhi beberapa syarat, di antara masih bisa berdiri, ruku dan sujud serta bisa menghadap kiblat.
Beberapa rangkaian Kereta Api Eksekutif misalnya, masih dimungkinkan bagi penumpang untuk melaksanakan sholat wajib dengan benar. Dia menjelaskan, hal pertama yang harus dipikirkan adalah meminimalisir sholat di atas kereta. Jika kereta bergerak dari stasiun Gambir di Jakarta pukul 21.00 malam, maka untuk sholat Maghrib dan Isya tidak perlu dilakukan di atas kereta, karena bisa kerjakan sebelumnya di rumah atau di stasiun.
Penumpang hanya perlu merencanakan bagaimana untuk melakukan sholat Subuh mengingat kereta tidak berhenti secara khusus untuk melakukan sholat Subuh."Mungkin di masa mendatang, bisa diatur bahwa diberi kesempatan kepada penumpang untuk turun sebentar kira-kira 15 menit untuk menunaikan sholat Subuh di stasiun tertentu,"tulis Ustadz Sarwat.
Untuk wudhu, penumpang bisa melakukannya di toilet kereta mengingat kereta kelas bisnis dan eksekutif dilengkapi dengan toilet. Untuk tempat sholat, penumpang bisa memanfaatkan ruang di dekat sambungan antar gerbong, misalnya dengan menggelar koran atau jaket, kalau takut ada bekas najis.
Untuk masalah arah kiblat, penumpang bisa sedikit memperkirakan dengan melihat kota asal dan kota tujuan. Misalnya kita naik kereta dari Jakarta ke Surabaya. Secara umum, kereta akan bergerak dari arah Barat ke Timur. Dengan demikian, penumpang bisa menentukan arah kiblat yaitu arah datangnya kereta atau menghadap ke belakang. Sebaliknya, bila perjalanan kereta itu dari Surabaya ke Jakarta, maka bisa sholat menghadap arah tujuan kereta atau menghadap ke depan.
"Tentu saja arah ini tidak tepat benar ke arah kiblat, sebab biar bagaimanapun juga rel kereta api itu pasti berbelok-belok,"tulis dia. "Tapi semua menunjukkan bahwa sesungguhnya arah rel kereta api cenderung lurus,"tambah dia.

Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook