Ahad 23 Mar 2025 15:12 WIB

Bahagia dengan Rasa Cukup

Merasa cukup dengan yang ada atau qana'ah menjadi tanda syukur kepada Allah.

ILUSTRASI Bersyukur kepada Allah
Foto: Pixabay
ILUSTRASI Bersyukur kepada Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

 

Baca Juga

 

Hidup adalah tentang seni mengelola ketidakpastian. Berupaya menerima dan berlapang dada pada setiap takdir sebagai simbol kebijaksanaan.

Sedia mengikis setiap kemauan untuk lebih dengan meneguhkan rasa cukup sebagai jalan meraih cinta Tuhan.

Rasa cukup menjadi tanda syukur yang amat menawan. Rasa cukup pun hadir berdampingan dengan sikap sabar dan tulus pada segenap jalan terjal dalam kehidupan.

Selalu tersenyum dan menyematkan prasangka baik terhadap setiap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk menggapai kebahagiaan, rasa cukup menjadi ungkapan syukur dan jalan yang amat mengagumkan.

Dari Mu'adz bin Jabal RA diceritakan bahwa Rasulullah SAW menyentuh tangan Mu'adz dan dengan tulus berkata, "Wahai Mu'adz, demi Allah, aku mencintaimu, demi Allah, aku mencintaimu."

Selanjutnya, Nabi SAW memberikan pesan penting kepada Mu'adz, yaitu agar dia selalu berdoa setelah menyelesaikan shalat, dengan kata-kata, "Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat dan bersyukur kepada-Mu, serta beribadah kepada-Mu dengan baik (Allaahumma a'innii 'alaa dzikrika wa syukrika wa husni 'ibaadatika)" (HR Abu Daud).

Hadis ini menginspirasi kita untuk senantiasa melantunkan rasa syukur karena Allah SWT. Menekankan rasa cukup dan menangkis keinginan untuk lebih yang sering kali melahirkan keburukan.

Melalui keteguhan yang ada pada diri sendiri, kita dapat mentafakuri dan menghayati setiap kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan. Rasa cukup merupakan buah iman dan takwa kepada Allah Yang Maha Penyayang.

Dari Sa'ad bin Abi Waqash RA, ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW berbicara, "Aku merayu Tuhanku dan memohonkan syafaat untuk umatku. Kemudian, Allah memberikan sepertiga dari umatku kepadaku, dan sebagai tanda rasa syukur kepada Tuhan, aku bersujud."

"Setelah itu, aku mengangkat kepala dan kembali memohonkan bagi umatku. Allah kembali memberikan sepertiga yang lain kepadaku, dan aku kembali bersujud sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhanku. Kemudian aku mengangkat kepala dan sekali lagi memohonkan bagi umatku. Allah kemudian memberikan sepertiga yang tersisa, dan aku kembali bersujud untuk Tuhanku." (HR Abu Daud).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Rasulullah SAW pun mengajarkan pentingnya merawat rasa syukur dengan tekad yang kuat. Menghindari sikap kufur, berupaya secara totalitas menegakkan amal kebaikan, berdoa penuh ketulusan, dan menguatkan keyakinan kepada Tuhan. Kita dapat menjadi individu yang pandai bersyukur dan merasa cukup atas segala karunia yang diberikan oleh Tuhan.

sumber : Hikmah Republika oleh Muhamad Yoga Firdaus
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement