Rabu 19 Mar 2025 09:37 WIB

Kolaborasi Lintas Agama Galang Perlindungan untuk Hutan Tropis dan Masyarakat Adat

Keberadaan masyarakat adat penting untuk melindungi hutan.

Seorang warga mengamati pohon Binuang Laki berukuran besar di Hutan Hujan Tropis.
Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Seorang warga mengamati pohon Binuang Laki berukuran besar di Hutan Hujan Tropis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Besarnya cakupan hutan membuat Indonesia kerap disebut sebagai paru-paru dunia. Meski demikian, di balik keindahan dan keanekaragaman hayatinya, negeri ini menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks. 

Deforestasi, perubahan iklim, dan polusi telah mengancam ekosistem dan kehidupan masyarakat. Dalam menghadapi krisis ini, peran agama dan kepercayaan menjadi krusial. Agama dinilai tidak hanya mengajarkan nilai-nilai spiritual, tetapi juga tanggung jawab moral terhadap alam dan lingkungan. 

Baca Juga

Untuk itu,  Eco Bhinneka Muhammadiyah, Green Faith Indonesia, bekerja sama dengan Interfaith Rainforest Initiative (IRI), dan didukung oleh Bappenas dan Pemerintah Inggris melalui Oxford Policy Management Limited (OPML) menghelat forum group discussion (FGD) pada 18 Maret 2025.

 

FGD ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi efektif dalam menggalang kerja sama antar umat beragama guna mengelola risiko lingkungan dan mendorong pembangunan rendah karbon. 

Narasumber dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan, serta ahli lingkungan, hadir untuk berbagi perspektif dan pengalaman mereka.  Salah satu pembicara kunci, Dr. Hayu S Prabowo dari Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia, menekankan pentingnya kolaborasi lintas agama dalam perlindungan hutan tropis. 

Hayu mengatakan, hutan tidak hanya berfungsi sebagai paru-paru dunia, tetapi juga sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati dan masyarakat adat. Menurut Hayu, deforestasi yang terus terjadi mengancam keberlangsungan hutan tropis, terutama di negara-negara seperti Indonesia. Dalam upaya melindungi hutan tropis, Interfaith Rainforest Initiative (IRI) hadir sebagai gerakan kolaborasi lintas agama yang bertujuan untuk menyatukan suara moral dari berbagai pemimpin agama dalam melindungi hutan.

“Dengan memanfaatkan pengaruh moral dan jaringan global yang dimiliki oleh organisasi keagamaan, IRI berharap dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam upaya pelestarian hutan tropis,” kata Hayu.

Organisasi keagamaan dinilai memiliki peran krusial dalam isu lingkungan. Mereka tidak hanya memiliki aset seperti tempat ibadah, lembaga pendidikan, dan lahan, tetapi juga memiliki jaringan yang luas dan pengaruh moral yang kuat. 

Melalui kolaborasi ini, IRI Indonesia berkomitmen untuk melindungi hutan tropis dan mendorong pembangunan berkelanjutan demi masa depan yang lebih baik bagi semua.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement