REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, menyampaikan pesan yang kuat dalam pidatonya di pemakaman dua mantan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine di Beirut pada Ahad (23/2)
Acara yang berlangsung di Camille Chamoun Sports City ini dihadiri oleh kerumunan besar pelayat yang datang dari berbagai penjuru Lebanon untuk menghormati kedua tokoh yang terbunuh dalam serangan udara Israel pada akhir tahun 2024.
Dalam pidatonya, Qassem menegaskan kembali komitmen Hizbullah terhadap perlawanan, menyatakan bahwa kelompok itu tetap “kuat dalam jumlah dan peralatan” dan bahwa “kemenangan yang tak terelakkan akan segera tiba.”
Ia juga memperingatkan Israel bahwa mereka harus mundur dari wilayah-wilayah yang masih didudukinya, dan menekankan bahwa para pejuang Hizbullah tidak tergoyahkan meskipun ada kehadiran militer Israel di Libanon selatan, dikutip dari Palestine Chronicle, Senin (24/2).
Menanggapi masalah perjanjian gencatan senjata antara Lebanon dan Israel, Qassem menolak klaim Israel bahwa mereka hanya melanggar ketentuan perjanjian.
Dia dengan tegas menggambarkan kehadiran militer Israel di selatan sebagai penjajahan dan bukan hanya pelanggaran gencatan senjata, yang telah disetujui oleh Hizbullah pada November 2024, di bawah mediasi Amerika.
View this post on Instagram