REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di balik narasi perlawanan bersenjata yang mendefinisikan citra publiknya, Hamas menghadapi pertempuran lain yang lebih rumit dan tak kalah sengit: perebutan pengaruh melawan kekuatan klan-klan tradisional yang mengakar di Gaza.
Konflik kepentingan ini menciptakan medan tempur tersembunyi di mana perang opini, persaingan sumber daya, dan tarik-ulur pengaruh menentukan siapa yang sesungguhnya memegang kendali atas jantung Palestina.
Perseteruan ini bukan sekadar perselisihan internal biasa, melainkan benturan antara dua model kekuasaan yang tak bisa didamaikan: ideologi perlawanan transnasional Hamas berhadapan dengan pragmatisme lokal klan-klan yang lebih memprioritaskan kepentingan komunitas langsung mereka.
Ketika Hamas berusaha mempertahankan citra sebagai pelindung rakyat Gaza, tekanan dari klan-klan yang merasa dianaktirikan dalam distribusi sumber daya dan pengambilan keputusan justru mengungkap retakan paling rentan dalam pemerintahan de facto mereka.
Dalam gelapnya malam di Gaza, pertarungan untuk memenangkan hati dan pikiran warga justru terjadi di antara sesama anak bangsanya sendiri—sebuah konflik dalam bayangan yang bisa jadi menentukan nasib masa depan wilayah tersebut.
Sejak dimulainya gencatan senjata Jumat lalu, Hamas telah berupaya untuk menegaskan kembali kendali, menewaskan puluhan lawan dalam tindakan keras besar-besaran setelah apa yang tampaknya menjadi lampu hijau AS bagi kelompok itu untuk sementara mengambil alih keamanan di wilayah yang hancur itu.
Berikut ini adalah beberapa klan dan faksi utama yang anggotanya telah bentrok dengan pasukan Hamas selama dua tahun terakhir, sebagaimana diberitakan Asharq al Awsath
Abu Shabab
Yasser Abu Shabab, yang berbasis di Rafah, adalah salah satu pemimpin klan paling terkemuka yang menentang Hamas. Ia beroperasi di wilayah selatan Gaza yang masih diduduki oleh pasukan Israel.
Menurut sumber yang dekat dengannya, kelompok Abu Shabab telah merekrut ratusan pejuang dengan menawarkan gaji yang menarik. Hamas menuduhnya bekerja sama dengan Israel, sebuah tuduhan yang dibantahnya.
Klan Abu Shabab adalah suku Badui yang terkonsentrasi di Rafah timur. Tidak jelas apakah seluruh klan mendukung tindakan Abu Shabab. Kekuatan bersenjata kelompok ini diperkirakan sekitar 400 orang.