Kamis 06 Feb 2025 14:26 WIB

Jelang Nisfu Syaban, Apa yang Harus Kita Amalkan?

Nisfu Syaban jatuh pada 15 Syaban.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Umat Islam membaca surah Yasin pada malam Nisfu Syaban 15 Syaban 1444 Hijriah di Masjid Suada, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Selasa (7/3/2023). Malam Nisfu Syaban adalah malam pada pertengahan bulan Syaban atau malam tanggal 15 Syaban yang disebut juga malam pengampunan dosa sehingga banyak umat Islam melakukan ibadah.
Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Umat Islam membaca surah Yasin pada malam Nisfu Syaban 15 Syaban 1444 Hijriah di Masjid Suada, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Selasa (7/3/2023). Malam Nisfu Syaban adalah malam pada pertengahan bulan Syaban atau malam tanggal 15 Syaban yang disebut juga malam pengampunan dosa sehingga banyak umat Islam melakukan ibadah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Syaban bulan yang istimewa dalam Islam. Banyak peristiwa penting yang terjadi di bulan ini. Nisfu Syaban yang jatuh pada 15 Syaban 1446 Hijriah tahun ini bertepatan pada 14 Februari 2025 mendatang. 

Di Syaban ini lah ada perintah perubahan arah kiblat yang semula menghadap ke Baitul Maqdis Yerussalem lalu pindah ke Ka'bah di Masjidil Haram, perintah melaksanakan puasa Ramadhan, perintah membaca sholawat dan peristiwa penting lainnya. 

Baca Juga

Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat dan Pengurus LBM PBNU, KH Abdul Muiz Ali menjelaskan, bulan Syaban adalah bulan mulia yang terletak di antara dua bulan yang sama-sama mulianya, yaitu bulan Rajab dan Ramadhan. 

Dalam tradisi masyarakat muslim, khususnya di Indonesia yang notabene penganut Islam ala Ahlusunah wal jama’ah, setiap pertengahan (nisfu) Syaban mereka mengisinya dengan serangkaian amal ibadah, seperti membaca Alquran, memperbanyak dzikir, dan memperbanyak doa.

"Bahkan masyarakat terkadang dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan, dalam setiap akhir bulan Syaban mereka mengisinya dengan kegiatan ziarah kubur (nyekkar, red)," ujar Kiai Muiz kepada Republika.co.id, Kamis (6/2/2025). 

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa melatih diri untuk menjadi lebih dekat kepada Allah SWT dapat dimulai dari bulan Rajab sebagai tempat “pemanasannya”, lalu di bulan Syaban sebagai wahana “latihannya” dan lalu "puncaknya” di bulan Ramadhan untuk penempaan dirinya, melatih kesabaran, memperbanyak dzikir, tadarus Alquran, bersedekah dan amalan-amalan ibadah lainya untuk meningkatkan religiusitas dirinya. 

"Rasulullah SAW banyak membaca doa khusus sepanjangan bulan Rajab hingga bulan Ramadhan dengan bacaan doa," ucap Kiai Muiz. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement