Rabu 05 Feb 2025 23:15 WIB

Yang Diabaikan Trump dari Rencana Pemindahan Warga Gaza, Perlawanan akan Semakin Membara?

Trump kampanyekan relokasi warga Gaza ke negara tetangga

Warga Palestina berpelukan saat berjalan kaki pulang kembali menuju rumah mereka di Jalur Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Ribuan warga Palestina untuk pertama kalinya kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza Utara yang sebelumnya ditutup oleh Israel.
Foto: AP Photo/Abed Hajjar
Warga Palestina berpelukan saat berjalan kaki pulang kembali menuju rumah mereka di Jalur Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Ribuan warga Palestina untuk pertama kalinya kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza Utara yang sebelumnya ditutup oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Selama beberapa dekade, pendudukan Israel, yang didukung oleh negara-negara Barat, telah berupaya melikuidasi perjuangan Palestina melalui berbagai cara, yang paling utama adalah pemindahan paksa.

Hari ini, upaya-upaya ini muncul kembali di bawah kerangka kerja proyek "tanah air alternatif", yang bertujuan untuk mengosongkan Jalur Gaza dari penduduknya dan memaksakan realitas demografis yang baru.

Baca Juga

Adnan Hmidan dalam artikelnya berjudul Gaza Rejects Displacement, But What if it’s Omposed? yang dipublikskan Middleeastmonitor, dikutip Rabu (5/2/2025), menjelaskan terlepas dari penolakan tegas Palestina terhadap rencana ini dan upaya Mesir serta Yordania untuk menghindari dampaknya, tekanan Amerika Serikat dan Israel, terutama di bawah kebijakan Presiden Amerika Serikat  Donald Trump, terus berlanjut, memberikan secercah harapan bagi mereka yang ingin mengimplementasikannya.

Namun, bagaimana jika pemindahan paksa diberlakukan pada penduduk Gaza? Akankah Tel Aviv mencapai tujuannya untuk mengakhiri perlawanan, atau akankah hasilnya akan sepenuhnya kontraproduktif?

Perluasan geografis dari perlawanan

Sinai: Sebuah front baru untuk perlawanan

Meskipun ide pemindahan warga Palestina ke Sinai bukanlah hal yang baru, ide ini muncul kembali dengan semangat baru di tengah meningkatnya agresi Israel ke Gaza. Meskipun Mesir secara resmi menolak skenario ini, pemaksaan pemindahan dapat menimbulkan konsekuensi yang parah, termasuk:

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

- Mengubah Sinai menjadi medan pertempuran baru: Dengan para pejuang Palestina berpengalaman yang pengalaman tempurnya telah diasah melalui perang yang beruntun, merelokasi perlawanan ke Sinai dapat menjadi pilihan yang layak, terutama jika para pengungsi menghadapi penindasan atau kondisi yang keras di sana.

- Potensi koordinasi dengan kelompok-kelompok bersenjata lokal: Terlepas dari perbedaan ideologis dan operasional antara faksi-faksi perlawanan Palestina dan kelompok-kelompok bersenjata di Sinai, permusuhan bersama terhadap Israel dapat mengarah pada kesepahaman sementara atau koordinasi yang terbatas.

- Menarik Mesir secara langsung ke dalam konflik: Operasi Israel yang menargetkan warga Palestina di Sinai dapat menempatkan Kairo pada posisi yang sensitif secara politis dan keamanan, yang berpotensi mengancam stabilitas internal Mesir dan memaksanya untuk mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Tel Aviv.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement