Kamis 10 Apr 2025 19:45 WIB

MER-C Sebut Gaza di Ambang Katastropik Kemanusiaan

Israel telah berulang kali membunuh tenaga medis Gaza.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Anak-anak pengungsi Palestina berkumpul untuk menerima makanan yang didistribusikan oleh badan amal di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, 08 April 2025.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Anak-anak pengungsi Palestina berkumpul untuk menerima makanan yang didistribusikan oleh badan amal di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, 08 April 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menyampaikan keprihatinan mendalam atas memburuknya kondisi di Jalur Gaza. MER-C menyebut, Gaza saat ini berada di ambang katastropik kemanusiaan. 

Ketua Presidium MER-C, Hadiki Habib menegaskan, Israel telah berulang kali membunuh tenaga medis Gaza yang sedang aktif melakukan pelayanan kesehatan dan ini merupakan kejahatan kemanusiaan. 

 

“Keadaan ini harus terus disuarakan, karena diam adalah bentuk pembiaran,” ujar Hadiki dalam konferensi pers di Markas Besar MER-C di Jakarta, Kamis (10/4/2025). 

 

Di tengah upaya gencatan senjata, menurut dia, Israel terus melakukan kejahatan kemanusiaan yang sistematis dan terencana, termasuk penyerangan terhadap tenaga medis dan pekerja kemanusiaan, bahkan staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

 

Penutupan akses bantuan kemanusiaan semakin memperparah situasi, mengancam terjadinya bencana kelaparan terburuk dalam sejarah Gaza. Rumah sakit, fasilitas kesehatan, dan tenaga medis menjadi sasaran serangan, pelanggaran yang secara nyata bertentangan dengan hukum humaniter internasional.

 

Sejak 18 Maret 2025 lalu, menurut Hadiki, MER-C telah mengirimkan delapan tim medis ke Jalur Gaza dan saat ini enam relawan masih berada di Rumah Sakit Indonesia, Gaza Utara. Mereka menyaksikan langsung serangan serta kehancuran demi kehancuran yang terjadi setiap hari. 

 

"Ini bukan lagi sekadar konflik. Ini adalah tragedi kemanusiaan besar yang tidak boleh dibiarkan berlangsung lebih lama. Dunia internasional harus bersuara dan bertindak," kata Hadiki.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement