REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bagi kalangan santri di pesantren, keberkahan bukan sekadar istilah keagamaan, tetapi merupakan nilai spiritual yang sangat penting dan menjadi tujuan utama dalam menuntut ilmu.
Dalam konteks kehidupan kaum bersarung ini, berkah dimaknai sebagai limpahan kebaikan yang bertambah dan membawa manfaat, meskipun secara kasat mata tidak selalu terlihat dalam bentuk materi atau keberhasilan duniawi.
Salah satu slogan yang populer di kalangan santri adalah Al-ilmu bi ta’allum wal barakah bil khidmah, yang artinya ilmu diperoleh dengan belajar dan keberkahan ilmu diperoleh dengan khidmah (mengabdi).
Santri tidak hanya belajar untuk pintar, tetapi juga untuk mendapatkan ilmu yang berkah —ilmu yang bermanfaat, menuntun kepada kebaikan, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Karena itu, adab kepada guru dan ketekunan dalam ibadah menjadi hal yang dijaga dengan sungguh-sungguh, karena diyakini menjadi jalan datangnya berkah .
Berkah atau yang dikenal juga dengan berkah berasal dari bahasa Arab yang artinya nikmat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan, berkah artinya karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia.
Santri yang mendapatkan ilmu berkah , salah satu cirinya adalah sangat dibutuhkan ketika terjun ke tengah masyarakat. Ia berhasil menggunakan ilmu yang didapatkan di pesantren untuk kepentingan umat.
Dalam dunia pesantren, keberhasilan memang tidak hanya diukur dari prestasi akademik, tetapi juga dari keberhasilan dalam menjaga adab, ketulusan niat, serta kedekatan dengan Allah. Seorang santri yang hidupnya penuh berkah diyakini akan membawa manfaat bagi masyarakat, meskipun ia tidak menonjol secara duniawi.
Keyakinan terhadap berkah ini juga menjadikan hubungan antara santri dan kiainya sangat erat. Doa dan restu kiai diyakini membawa berkah dalam hidup santri. Bahkan, banyak santri yang merasa keberhasilannya di luar pesantren adalah hasil dari berkah ilmu dan doa guru mereka.
BACA JUGA: Viral Perempuan Pukul Askar di Area Masjid Nabawi Madinah, Ini Tanggapan Arab Saudi
Salah satu contohnya adalah alumni Ponpes Mihtahul Ihsan Sumenep, Moh Sakir. Santri asal Madura ini mengaku keberhasilannya menjadi Tenaga Ahli Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) sekarang ini tak lepas dari doa kiainya.
Karena itu, setiap ada kesempatan Sakir selalu menyempatkan diri ke pesantren tempat ia menimba ilmu dulu. Pada Jumat (4/4/2025) lalu misalnya, Sakir menghadiri acara Istighosah dan Reuni Lintas Generasi Pondok Pesantren Miftahul Ihsan di Desa Errabu, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep.
