Selasa 04 Feb 2025 22:14 WIB

Pesawat Pengintai Inggris di Atas Langit Gaza Saat Penyerahan Sandera Israel, Ada Apa?

Inggris memberikan bantuan untuk kepentingan Israel

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Tawanan Israel Keith Siegel yang dibebaskan pejuang Brigade Al-Qassam, Sabtu (1/2/2025).
Foto: AP
Tawanan Israel Keith Siegel yang dibebaskan pejuang Brigade Al-Qassam, Sabtu (1/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Data navigasi dari FlightRadar, sebuah situs web yang khusus memantau pesawat terbang, menunjukkan bahwa dua pesawat mata-mata Angkatan Udara Inggris terbang di dekat Jalur Gaza, bertepatan dengan pengiriman empat gelombang tahanan Israel antara 19 Januari dan 1 Februari 2025.

Menurut situs web tersebut, kedua pesawat lepas landas dari pangkalan udara Inggris di Siprus dan menuju ke pantai Israel sebelum sinyalnya menghilang dari layar radar dan muncul kembali dalam perjalanan kembali ke Siprus.

Baca Juga

Situs web Inggris "Declassified", yang melakukan penelitian tentang pekerjaan organisasi militer dan intelijen,  mengatakan bahwa "Angkatan Udara Kerajaan Inggris mengirim dua pesawat pengintai ke arah Gaza sejak dimulainya gencatan senjata selama pertukaran tawanan antara Hamas dan Israel."

"Pesawat mata-mata pertama lepas landas dari pangkalan udara Akrotiri Inggris pada pukul 13:32 (GMT) dan kembali pada pukul 18:59 tanggal 19 Januari, pada hari gencatan senjata mulai berlaku," tambah situs web tersebut dikutip dari Aljazeera, Selasa (4/2/2025). 

"Pesawat itu mematikan transpondernya di atas Mediterania timur, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya dilakukannya di udara saat Hamas membebaskan tawanan Inggris yang tersisa, Emily Damary," katanya.

"Penerbangan kedua meninggalkan pangkalan Akrotiri pada 25 Januari pukul 09:26 (GMT) dan kembali ke pangkalan pada pukul 15:44, sekali lagi mematikan transponder di atas Mediterania timur selama pertukaran tahanan kedua," kata situs web tersebut.

"Pesawat itu tidak memasuki wilayah udara Gaza dan beroperasi setiap saat sesuai dengan gencatan senjata dan perjanjian pembebasan tahanan antara Hamas dan Israel," kata situs web itu mengutip Kementerian Pertahanan Inggris.

Namun, "penolakan ini tidak akan menghalangi pesawat mata-mata Shadow R1 milik Angkatan Udara Inggris untuk mengumpulkan rekaman pengawasan pergerakan para tawanan dari wilayah udara Israel atau melakukan pengumpulan informasi intelijen lebih lanjut untuk mendukung Israel di tempat lain," kata situs web tersebut.

Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan bahwa pesawat pengintai tersebut "tidak bersenjata" dan hanya ditugaskan untuk menemukan lokasi para sandera, meurut situs web Inggris.

“Tanggapan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang mengapa pesawat mata-mata terus dikirim ke wilayah tersebut selama pembebasan para sandera," katanya.

Al Jazeera memantau berbagai penerbangan intensif yag dilakukan oleh pesawat Inggris dengan jenis yang sama selama setidaknya 14 bulan perang Israel di Gaza.

The Times melaporkan bahwa misi pesawat mata-mata RAF dimulai pada Desember 2023, beberapa pekan setelah Operasi Badai Al-Aqsa, melakukan misi hampir setiap hari di atas Jalur Gaza sepanjang 25 mil untuk mencoba membantu tentara Israel menemukan para tahanan yang ditangkap oleh Hamas pada Oktober 2023.

Pada 19 Januari, gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan selama tiga tahap 42 hari mulai berlaku, dengan tahap pertama berlangsung selama 42 hari dan tahap kedua dan ketiga dinegosiasikan oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, dengan mediasi Qatar, Mesir, dan dukungan Amerika Serikat.

Dengan dukungan Amerika Serikat, antara 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025, Israel melakukan genosida di Gaza. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement