Selasa 28 Jan 2025 14:45 WIB

Pasukan Salib Serbu Gereja

Gereja Hagia Sophia di Konstantinopel dijarah oleh Tentara Salib.

Bulan purnama penuh (Supermoon) di atas Hagia Sophia, Istanbul.
Foto: Anadolu Agency
Bulan purnama penuh (Supermoon) di atas Hagia Sophia, Istanbul.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang Salib IV terjadi antara tahun 1202–1204 M. Pergerakan pasukan yang diinisiasi Paus Inosensius III itu memang digadang-gadang bermaksud merebut Baitul Makdis (Yerusalem) dari tangan daulah Islam. Namun, dalam perjalanan dari Eropa Barat ke sana, kaum Salibis ini juga mengepung Konstantinopel (kini bernama Istanbul).

Padahal, kota itu merupakan ibu kota Kekaisaran Bizantium, yang notabene beragama Kristen. Rupanya, kaum Salibis tersebut menganggap Konstantinopel sebagai rival Roma. Ini pun mempertegas perpecahan antara Romawi Barat dan Romawi Timur (Bizantium).

Baca Juga

Gereja utama Bizantium, Hagia Sophia, turut menjadi sasaran Pasukan Salib. Nyaris seluruh benda berharga di dalamnya habis dijarah.

Menurut sejarawan Yunani, Niketas Choniates, pada 1203 semua ornamen emas di Hagia Sophia dikelupas. Semua lampu-lampu peraknya dilepas.

Emas dan perak itu lantas digunakan oleh kaisar Bizantium, Isaac II Angelos dan anaknya, Alexios IV Angelos, untuk melunasi utang mereka pada Pasukan Salib. Utang itu muncul sesudah keduanya dibantu oleh Salibis dalam menumbangkan Alexios III Angelos.

Bagaimanapun, Tentara Salib tidak terima dengan pembayaran ini, yang dinilai terlalu sedikit. Karena itu, mereka menyerang Konstantinopel dan menjarah seisi kota pada 1204.

Alexios IV Angelos pun hanya setahun menjadi kaisar Bizantium. Takhta terpaksa dilepaskannya akibat serangan Salibis ini.

Aksi Penjarahan Konstantinopel 1204 semakin memperburuk hubungan antara Katolik Latin dan Kristen Ortodoks. Keretakan antarkeduanya memang sudah terjadinya ratusan tahun sebelumnya, yakni sejak Skisma 1054.

Turki dan Hagia Sophia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement