REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu usai Perang Uhud, Nabi Muhammad SAW memilih enam orang sahabat untuk melaksanakan suatu tugas penting. Di antara mereka, Ashim bin Tsabit dipilih oleh Rasulullah SAW sebagai pemimpin kelompok ini. Sesudah menerima arahan dari beliau, berangkatlah tim tersebut.
Di tengah jalan, tidak jauh dari Makkah, sekelompok kaum Hudzail melihat kedatangan mereka. Bani Hudzail termasuk sekutu Quraisy Makkah.
Ashim dan kawan-kawan dengan sigap menyambar pedang masing-masing, dan siap siaga menghadapi segala kemungkinan.
Kata orang-orang Hudzail, "Kalian tidak akan mampu melawan kami!”
Sejenak, Ashim menoleh pada kawan-kawannya. Para sahabat itu memahami isyarat ini. “Demi Allah, kita akan terus berjuang,” kata mereka.
Maka dengan berucap takbir, Ashim pun memimpin kelima kawannya itu. Dalam kontak senjata tersebut, orang-orang Hudzail unggul dalam kuantitas. Bagaimanapun, kaum musyrik itu tetap saja kerepotan menghadapi ketangguhan para Muslimin ini.
Di tengah pertempuran, Ashim menggumamkan doa, “Wahai Allah, aku memelihara agama-Mu dan bertempur karenanya. Maka lindungilah jasadku nanti sesudahku wafat. Janganlah Engkau biarkan seorang pun dari musuh-musuh-Mu menjamah jasadku.”
Tiga orang sahabat Nabi SAW gugur. Adapun ketiga orang lainnya ditawan oleh kabilah kafir ini. Awalnya, para pemuka Hudzail tidak mengetahui bahwa di antara para korban adalah Ashim bin Tsabit. Begitu menyadari hal tersebut, mereka girang bukan kepalang. Teringat pada sayembara yang diadakan si wanita musyrik, Sulafah binti Sa’ad.
Saat Perang Badar dahulu, seorang saudara yang amat dicintai Sulafah tewas. Yang membunuhnya adalah Ashim bin Tsabit. Karena dendam, wanita ini mengadakan sayembara: siapapun yang bisa membunuh Ashim, maka akan diberi hadiah emas dan unta.
Seorang dari kelompok itu lalu dikirim ke Makkah guna menemui langsung Sulafah. Beberapa waktu kemudian, utusan itu datang lagi ke lokasi untuk mengabarkan, wanita tersebut menyuruh mereka agar membawa kepala Ashim kepadanya sebagai bukti.
Langsung saja, pemimpin kaum Hudzail menyuruh para bawahannya untuk memisahkan kepala dari jasad Ashim. Namun, Allah berkehendak.
Tiba-tiba, ratusan lebah berdatangan dan menghalangi mereka. Orang-orang musyrik itu pun terhalang dari jenazah sang syuhada.
Ketika mereka hendak menghampiri tubuh Ashim yang telah menjadi mayat, serangga itu terbang menyerang. Banyak di antaranya yang menggigiti muka, mata, dan kening mereka. Berulang kali mencoba, sia-sia upaya mereka.
View this post on Instagram