REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua adakalanya mendapat karunia anak yang cacat atau tidak rupawan. Sehingga, dia membenci pemberian dan karunia Allah tersebut.
Menurut Syekh Nada Abu Ahmad dalam buku Berkah Anak Shalih, orang tua malang ini tidak menyadari bahwa dirinya sama sekali tidak mempunyai wewenang atas penciptaan seorang anak. Tidak ada campur tangan dirinya atas rupa anaknya sehingga berhak mendapat ucapan terima kasih, juga tidak ada dosa yang ditanggungnya atas keburukan fisik si anak sehingga ia berhak dicela.
Maka, lanjut Syekh Nada, seharusnya orang tua harus bersikap ridha terhadap apa yang dibagi dan dikaruniakan Allah kepadanya. Karena Allah telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 6:
هُوَ الَّذِيْ يُصَوِّرُكُمْ فِى الْاَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
huwalladzî yushawwirukum fil-ar-ḫâmi kaifa yasyâ', lâ ilâha illâ huwal-‘azîzul-ḫakîm
Dialah (Allah) yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana yang Dia kehendaki. Tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Allah juga berfirman dalam surat Al Waqiah ayat 58-59:
اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَۗ
ءَأَنتُمْ تَخْلُقُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلْخَٰلِقُونَ
a fa ra'aitum mâ tumnûn
A antum takhluqụnahū am naḥnul-khāliqụn
Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu pancarkan (sperma)?
Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?