REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia sering berdoa panjang lebar, meminta ini dan itu, kepada Allah SWT. Namun, ada kalanya seorang hamba Allah mendapatkan lebih banyak daripada yang ia ajukan dalam permintaan atau doa.
Hal tersebut dijelaskan Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab An-Nafaais al-Uluwiyyah fi al-Masaail ash-Shuufiyah. Seseorang pernah bertanya tentang makna hadis qudsi, “Barang siapa menyibukkan diri berzikir kepada-Ku ketimbang meminta-minta kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kepadanya yang lebih baik bahkan yang tidak ia minta dan daripada yang diminta para peminta-minta.”
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Al-Habib Abdullah pun menjelaskan, maksud hadis qudsi tersebut menegaskan keutamaan orang yang senantiasa mengingat Allah SWT. Bahkan, berzikir menjadi rutinitasnya setiap saat. Begitu tenggelam dalam zikir, ia sampai-sampai tidak sempat berdoa.
Allah SWT memuji sifat demikian. Orang seperti itu akan diberi berbagai karunia yang lebih banyak dan lebih baik daripada yang diterima oleh orang-orang yang gemar berdoa.
Sebab, hati orang yang senang dzikrullah selalu terpaut pada Allah SWT. Lisannya senantiasa dipenuhi dengan pujian kepada-Nya.
Di satu sisi, hadis qudsi itu menunjukkan keutamaan zikir. Akan tetapi, itu tak berarti bahwa seorang Muslim hanya berzikir tanpa memandang perlu berdoa sama sekali. Berdoa tetap merupakan wujud penghambaan dan pernyataan kebutuhan seorang insan kepada Tuhannya.
Bahkan, doa termasuk bagian dari zikir kepada Allah SWT. Saat seseorang berdoa, hatinya merasa butuh, tunduk, dan khusyuk kepada-Nya.
View this post on Instagram
                     
                    



