REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), memuji warga Muslim Amerika Serikat yang telah memberikan suara dalam Pemilu Presiden AS meskipun ada rasa frustrasi dan kekecewaan yang mendalam terhadap Republik dan Demokrat karena dukungan mereka terhadap genosida di Gaza.
CAIR yang merupakan organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di negara itu pun meminta pejabat terpilih dari Partai Demokrat untuk belajar dari berpalingnya dukungan terhadap Wakil Presiden Kamala Harris dari umat Islam dan pemilih lain yang menentang genosida Gaza.
"Penurunan tajam dukungan Wakil Presiden Harris di negara-negara bagian utama dibandingkan dengan kemenangan Presiden Biden tahun 2020 sebagian disebabkan oleh rasa frustrasi dan kekecewaan yang mendalam yang dirasakan banyak pemilih muda, Muslim, Arab, Kulit Hitam, dan lainnya terhadap pemerintahan Biden-Harris karena dukungan finansial dan militernya yang kuat terhadap genosida Israel,"ujar Direktur Eksekutif Nasional CAIR Nihad Awad dalam sebuah pernyataan tertulis yang dikutip Republika dari laman CAIR.
Lebih lanjut, Awad menegaskan, kegagalan wakil presiden untuk menyusun rencana dalam mengakhiri genosida, seperti menangguhkan senjata ke Israel, penolakannya untuk mengizinkan warga Palestina-Amerika berbicara dalam Komite Nasional Demokrat (DNC) dan dukungannya terhadap penggila penjahat perang Liz Cheney, memperburuk keadaan.
Dia menilai, ketimbang mendengarkan mayoritas warga Amerika yang mendukung gencatan senjata dan penangguhan senjata ke Israel, Kamala Harris hanya memberikan nada yang sedikit lebih simpatik terhadap Palestina sambil tetap berpegang pada substansi sikap Presiden Biden yang membawa bencana. "Hal ini menyebabkan pergeseran dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari komunitas Muslim, Arab, dan komunitas lain yang secara tradisional memilih presiden Demokrat,"kata dia.