Kamis 07 Nov 2024 04:52 WIB

Konflik Terbaru di Tubuh Israel, Ini Analisis Pengamat Hubungan Internasional

Banyaknya korban dari pihak tentara Israel disebut menjadi salah satu penyebabnya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Warga Israel berdemonstrasi setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memecat menteri pertahanan  Yoav Gallant, di Tel Aviv, Israel, Selasa, 5 November 2024.
Foto: AP Photo/Oded Balilty
Warga Israel berdemonstrasi setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memecat menteri pertahanan Yoav Gallant, di Tel Aviv, Israel, Selasa, 5 November 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Hubungan Internasional Universitas Moestopo (Beragama), Ryantori memberikan analisisnya terkait konflik terbaru dalam pemerintahan Israel, khususnya setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

Menurut dia, konflik di tubuh kabinet Israel sebenarnya bukan hal baru. Ini sering terjadi juga, seperti halnya pecahnya sikap masyarakat Israel terhadap Zionisme Israel.

Baca Juga

"Bedanya, konflik di tubuh kabinet banyak tertutupi dari pers, sementara dualisme sikap masyarakat Israel relatif banyak terinformasi baik di media mainstream maupun di media sosial," ujar Ryantori saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/11/2024).

Terkait dipecatnya Gallant oleh Netanyahu, kata dia, tidak terlepas dari maraknya informasi mengenai semakin banyaknya korban dari pihak IDF.

"Ini tidak terlepas dari blunder Israel sendiri yang membuka perang multifront, selain di Gaza kini juga melebar ke Lebanon," ucap dia.

Parahnya lagi, lanjut dia, negara-negara di kawasan tidak tinggal diam. Menurut dia, Iran sudah jelas mengambil sikap ofensif dengan menyerang kota Israel pasca tewasnya pemimpun Hizbullah, Nasrallah di Beirut.

"Ditambah pernyataan Menlu Saudi bahwa kenegaraan Palestina merupakan prasyarat perdamaian, bukan hanya produk sampingan," kata dia.

Direktur Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) menjelaskan, berlarut-larutnya konflik Israel dengan Palestina dan semakin meluasnya eskalasi juga membuat logistik dan anggaran perang Israel menipis. Dukungan dari AS juga sedang tidak lancar mengingat berlangsungnya Pilpres di sana.

"Tentu ini membuat domestik Israel menjadi tidak baik-baik saja. Ketidakpuasan semakin meningkat. Kabinet Netanyahu yang seringkali dikutip sebagai kabinet perang sudah tidak berdaya lagi," ucap Ryantori.

Meskipun ada manuver dari lawan politik Netanyahu yang menyeberang masuk ke kabinet, tambah dia, hal itu tidak meredakan masalah karena kecilnya sokongan.

"Konflik di kabinet Israel niscaya terjadi dan ini bisa membuat Netanyahu jatuh. Sepertinya, salah satu solusi menarik adalah Netanyahu melunak dan mulai mengambil opsi-opsi negosiasi, meskipun sepertinya itu kecil peluangnya," kata Wakil Rektor Universitas Moestopo ini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement