REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW hidup di tengah keluarga dan lingkungan masyarakat yang tidak semuanya memeluk Islam. Terdapat beberapa anggota keluarga yang tetap memegang kepercayaan mereka masing-masing hingga akhir hayat mereka. Beberapa menjadi kafir dalam waktu yang panjang untuk kemudian memeluk Islam.
Di dalam buku Orang Kafir Dalam Keluarga Nabi Saw yang ditulis Ahmad Sarwat, Lc.MA. dijelaskan bahwa diantara anggota keluarga yang penting dalam kehidupan Nabi adalah Abu Thalib, pamannya; Maria Al-Qibthiyah, istri beliau yang berasal dari Mesir; Abu Sufyan, mertua yang awalnya menjadi musuh; dan Abu Al-Ash, menantu yang mengalami perjalanan iman yang unik.
Kisah-kisah ini menunjukkan keagungan sikap Nabi dalam menghormati hubungan keluarga tanpa memandang kepercayaan mereka, mengajarkan umat Islam untuk hidup toleran.
1. Abu Thalib
Tokoh ini adalah sosok penting dalam kehidupan Nabi SAW, seorang paman yang mengasuh dan melindunginya sejak kecil. Ketika sang kakek, Abdul Muthalib, wafat, Abu Thaliblah yang mengambil tanggung jawab untuk merawat dan menjaga Nabi.
Abu Thalib dikenal sebagai figur pelindung yang penuh kasih sayang, dan meskipun ia tidak memeluk Islam hingga akhir hayat, ia senantiasa memberikan dukungan kepada Rasulullah.
Dalam banyak kesempatan, Abu Thalib melindungi Nabi dari ancaman-ancaman kaum Quraisy, memastikan keselamatannya dalam berdakwah. Nabi sangat menghormati pamannya ini dan sangat berduka saat ia meninggal.
Walaupun tidak bersyahadat, Abu Thalib dihargai oleh Nabi dan diberi keringanan dalam siksa akhirat atas perannya dalam melindungi Nabi. Kisah Abu Thalib memberikan pelajaran penting tentang pentingnya menjaga hubungan kekeluargaan, bahkan jika terdapat perbedaan keyakinan yang mendasar.
2. Maria Al-Qibthiyah
Maria Al-Qibthiyah adalah seorang Nasrani dari Mesir yang diberikan oleh penguasa Mesir, Muqawqis, kepada Rasulullah sebagai tanda penghormatan. Maria, yang awalnya seorang Nasrani, kemudian memeluk Islam dan menjadi istri Nabi.
Dari pernikahan mereka, lahirlah seorang putra yang diberi nama Ibrahim. Kehadiran Maria membawa banyak hikmah, salah satunya adalah pesan Nabi untuk memperlakukan bangsa Mesir dengan penuh kebaikan, termasuk bagi umat Nasrani.
Kehidupan bersama Maria menunjukkan bagaimana Nabi memberikan penghormatan dan kasih sayang tanpa diskriminasi. Maria sendiri mendapat tempat terhormat di hati Nabi serta di kalangan umat Islam.
Kisah Maria Al-Qibthiyah menjadi simbol penting dalam sejarah Islam mengenai toleransi dan kehangatan hubungan antaragama, memperlihatkan bagaimana Nabi memperlakukan umat Nasrani dan mendorong umat Islam untuk menghormati mereka.