Sabtu 02 Nov 2024 15:29 WIB

Menag: Sedekah dan Wakaf Lebih Populer dari Zakat di Masa Nabi dan Sahabat

Islam mempunyai instrumen pemberdayaan masyarakat

Menteri Agama (Menag) Prof KH Nasaruddin Umar di Konferensi dan Pertemuan Tahunan World Zakat and Waqf Forum (WZWF) yang dihadiri perwakilan 43 negara, di JCC, Jumat (1/11/2024) malam.
Foto: Fuji Eka Permana / Republika
Menteri Agama (Menag) Prof KH Nasaruddin Umar di Konferensi dan Pertemuan Tahunan World Zakat and Waqf Forum (WZWF) yang dihadiri perwakilan 43 negara, di JCC, Jumat (1/11/2024) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Menteri Agama (Menag) Prof KH Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa sedekah dan wakaf lebih popular di masa Nabi Muhammad SAW dan masa sahabat Nabi.

Hal tersebut disampaikannya usai membuka Konferensi dan Pertemuan Tahunan World Zakat and Waqf Forum (WZWF) yang dihadiri perwakilan 43 negara di Jakarta.

Baca Juga

Prof Nasaruddin mengatakan, pundi-pundi umat Islam yang paling berharga dalam sepanjang sejarah, itu kalau mulai digunakan sesungguhnya itu amat-sangat dahsyat. Bisa menjadi dana murah yang sangat luar biasa.

"Antara lain pundi-pundi keuangan umat pada masa Nabi, ada zakat, ada wakaf, ada infaq, ada sedekah, ada jariyah, ada hibah, ada wasiat, ada fai, ada dam, ada ghanimah, ada luqathah, ada mudharabah, ada musyarakah, ada wadiah," kata Prof Nasaruddin di Jakarta, Jumat (1/11) malam.

Menag menjelaskan, ada 27 pundi-pundi umat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW. Kalau 27 pundi-pundi itu semuanya dikerjakan oleh umat Islam, sebetulnya sangat kuat umat Islam ini.

Namun, Menag mengungkapkan, sayang sekali yang umat Islam kenal di masyarakat umumnya hanya zakat. Alangkah miskinnya, alangkah pelitnya umat Islam kalau hanya mengeluarkan zakat. 

"Zakat itu tidak popular pada masa Nabi dan pada masa sahabat, yang popular pada waktu itu adalah sedekah, karena kalau zakat itu hanya 25 persen, lebih besar bunga dan profit kita di bank daripada zakat ini," ujar Prof Nasaruddin.

Menurut Menag yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini, zakat tidak perlu semakin dipopulerkan, tapi coba lebih populerkan sedekah, wakaf dan infak. Karena sedekah penggunaan dan jumlahnya tidak terbatas.

Menurutnya, dalam Alquran lebih banyak istilah sedekah daripada zakat. Yang popular pada masa Nabi Muhammad SAW juga sedekah, wakaf, dan infak. Di negara Islam lain juga ada Menteri Wakaf, bukan Menteri Zakat. 

"Nah, kami berkumpul di sini (di Konferensi dan Pertemuan Tahunan WZWF) dalam rangka menghimpun potensi umat yang luar biasa ini, potensi zakat di Indonesia saya kira juga sama di negara tetangga kita di Malaysia itu amat sangat dahsyat," jelas Menag.

Menag mengungkapkan, kalau potensi zakat dan yang lainnya didayagunakan, umat Islam tidak ada yang miskin. Namun karena pundi-pundi umat itu hanya dibuka baru sedikit yakni zakat dan wakaf saja jadi belum maksimal.

"Tapi kalau kita buka semuanya (pundi-pundi umat), bahkan yang tidak langsung itu seperti, akikah dan kurban itu kan pemberian gizi secara tidak langsung itu pundi-pundi umat semua itu memberikan gizi yang baik," ujar Menag.

Prof Nasaruddin menjelaskan, ada zakat fitrah biasanya pakai beras itu untuk asupan karbohidrat. Saat Idul Adha itu ada protein dari daging kambing dan lainnya. Karbohidrat dan protein menyatu dalam diri seseorang.

"Jadi Islam itu betul-betul luar biasa, komprehensif untuk memberikan daya tahan tubuh, daya tahan masyarakat, dan daya tahan umat. Nah, kalau pundi-pundi umat ini semuanya diaktifkan, umat Islam itu sangat luar biasa," kata Prof Nasaruddin.

Di tempat yang sama, Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI), Kamaruddin Amin yang juga menjabat sebagai Dirjen Bimas Islam Kemenag, memperkenalkan Gerakan Indonesia Berwakaf dalam forum tersebut.

Gerakan itu sebagai langkah strategis memaksimalkan potensi aset wakaf nasional. Melalui pilar inklusivitas, keberlanjutan, dan inovasi, gerakan ini berupaya memanfaatkan aset wakaf yang luas demi kesejahteraan masyarakat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement