REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Tentara Israel yang sedang menjajah dan melakukan genosida di Gaza Palestina telah menetapkan enam wartawan Al Jazeera di Gaza sebagai teroris. Israel menuduh enam wartawan itu memiliki hubungan dengan gerakan Hamas dan Jihad Islam yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Wartawan yang dituduh Israel di antaranya Anas Sharif, Hossam Shabat, Alaa Salama, Talal Al-Arouqi, Ismail Abu Omar, dan Ashraf Al-Sarraj, dikutip dari laman Days of Palestine, Kamis (24/10/2024)
Al Jazeera mengecam keras tuduhan Israel terhadap para jurnalisnya. Al Jazeera menyebut itu sebagai tuduhan yang tidak berdasar dan merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk membungkam suara media yang tersisa di Gaza, Palestina.
Al Jazeera menegaskan bahwa klaim-klaim atau tuduhan-tuduhan Israel itu adalah taktik propaganda yang dirancang untuk mengaburkan kejahatan perang militer Israel yang dilakukan terhadap warga sipil Gaza, terutama di Jalur Gaza utara.
Al Jazeera lebih lanjut menekankan bahwa para jurnalisnya adalah satu-satunya media internasional yang masih mendokumentasikan krisis kemanusiaan yang parah akibat pengepungan Israel yang sedang berlangsung dan serangan tanpa pandang bulu oleh Israel ke Gaza.
Menolak label teroris, Al Jazeera menunjukkan penggunaan bukti palsu milik Israel untuk mendukung tuduhan mereka. Al Jazeera menegaskan bahwa reporter mereka adalah para profesional yang berdedikasi yang dengan berani bekerja dalam kondisi berbahaya untuk mengekspos penderitaan hampir dua juta orang di Gaza yang dijajah Israel.
Tuduhan baru Israel terhadap reporter Al Jazeera bukanlah serangan pertama, tetapi merupakan bagian dari tindakan keras Israel yang lebih luas terhadap jurnalis Palestina di Gaza sejak Israel meluncurkan operasi militernya pada 7 Oktober 2023.
Tercatat 177 jurnalis telah dibunuh oleh tentara Israel sejak awal perang, termasuk koresponden Al Jazeera Ismail Al-Ghoul, juru kamera Samer Abu Daqa dan Hamza Al-Dahdouh. Para reporter ini berada di garis depan, mengabadikan krisis kemanusiaan dan tragedi yang terjadi di Gaza.
Al Jazeera telah menghadapi tindakan keras dari Israel, termasuk penutupan kantornya di Ramallah bulan lalu. Tindakan keras ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk membungkam media yang mengungkapkan kebenaran-kebenaran pahit dari serangan Israel di Gaza.
Baru-baru ini, para jurnalis menghadapi ancaman yang semakin meningkat, dengan pesawat tak berawak Israel yang secara langsung menargetkan mereka yang menggunakan peralatan pers. Di antara mereka adalah fotografer Fadi Al-Wheidi, yang terluka ketika mendokumentasikan evakuasi warga sipil di dekat Jabalia.
Dalam insiden yang berbeda, fotografer Ali Al-Attar mengalami luka-luka akibat serangan udara Israel yang menghantam warga sipil yang mengungsi di dekat Rumah Sakit Syuhada' Al-Aqsa di Deir Al-Balah.