REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah Ta'ala memerintahkan kaum Muslimin agar mengerjakan shalat wajib, yaitu shalat lima waktu. Ibadah ini hendaklah dikerjakan sesuai rukun dan syaratnya, serta penuh kekhusyukan.
"Bacalah Kitab (Alquran) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS al-Ankabut: 45).
Para ulama sepakat, semua sahabat Rasulullah SAW adalah mustaqim (lurus dan adil). Itulah sebabnya mereka mendapatkan martabat dan kedudukan yang tinggi. Ini dapat dibuktikan dalam hal kekhusyukan mereka saat shalat.
Hati mereka hanya tertuju kepada Allah SWT dan melalaikan masalah di seputarnya. Dalam benak mereka yang ada hanyalah kebesaran dan keagungan-Nya. Mereka begitu merindukan surga yang telah dijanjikan-Nya serta perasaan takut akan azab-Nya. Konsentrasi mereka bertambah kuat tatkala membaca ayat-ayat Alquran dan seolah berdialog langsung dengan sang Khalik.
Dikisahkan, suatu saat 'Urwah bin Zubair sedang sakit pada betisnya. Ada yang menganjurkan agar bagian yang sakit itu dipotong, namun ia menolaknya. Penyakit itu lalu menjalar ke bagian atas tubuh. Menurut sahabat Nabi yang lain, jika penyakitnya telah sampai ke tulang lutut maka dapat menyebabkan kematian.
'Urwah hanya bisa pasrah dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia sempat menolak ketika seorang tabib hendak mengobatinya. Akhirnya atas saran seseorang, kaki yang sakit itu dipotong oleh tabib ketika ia sedang mengerjakan shalat.
Pemotongan itu sama sekali tidak dirasakannya.
Subhanallah. Lantaran khusyuk dan tenangnya 'Urwah menunaikan shalat, hatinya hanya terpusat pada Allah SWT tanpa ada suatu kekuatan yang mampu mengusiknya.
Pada kisah lain, sahabat Khubaib hendak dihukum mati oleh kafir Quaraisy. Tatkala telah sampai di tan'iim dan hukuman mati segera dilaksanakan, Khubaib meminta izin untuk melakukan shalat dua rakaat. Permintaan itu dikabulkan. Segera dilakukannya shalat dua rakaat dengan sangat khusyuk dan sempurna.
Usai shalat, ia katakan kepada orang-orang Quraisy, "Kalau saja kalian tidak menyangka bahwa aku melamakan shalat karena rasa takut akan mati, pastilah aku akan panjangkan dan perbanyak lagi shalatku."
Dari dua peristiwa di atas kita dapat melihat, betapa taat dan khusyuknya sahabat Nabi melaksanakan shalat, sekalipun di saat-saat yang paling kritis.