Sabtu 08 Feb 2025 18:48 WIB

Pesan Moral dari Ibadah Shalat

Shalat hendaknya tak hanya dipandang dari sisi ritual formal

Gerakan shalat (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Gerakan shalat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shalat sebagai tiang agama, penyangga bangunan megah lagi perkasa. Ia sebagai cahaya terang keyakinan, obat pelipur ragam penyakit di dalam dada dan pengendali segala problem yang membelenggu langkah-langkah kehidupan manusia. Oleh karena itu, shalat dapat mencegah perilaku keji dan munkar (QS al-Ankabut, 19:45).

Ibadah shalat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam adalah bangunan megah indah yang memiliki sejuta ruang yang menampung semua inspirasi dan aspirasi serta ekspresi positif seseorang untuk berperilaku baik, karena perbuatan dan perkataan yang terkandung dalam shalat banyak mengandung hikmah, yang di antaranya menuntut kepada orang yang shalat (mushalli) untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.

Baca Juga

Sayangnya shalat sering dipandang hanya dalam bentuk formal ritual, mulai dari takbir, rukuk, sujud, dan salam. Sebuah kombinasi gerakan fisik yang terkait dengan tatanan fikih, tanpa ada kemauan yang mendalam atau keinginan untuk memahami hakikat yang terkandung di dalam simbol-simbol shalat.

Berikut ini adalah pesan moral yang terkandung dalam proses menjalankan ibadah shalat. Pertama, latihan kedisiplinan. Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknya mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya, yang akan mengakibatkan batalnya shalat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligus menghargai waktu.

Kedua, latihan kebersihan, sebelum shalat, seseorang disyaratkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu, yaitu dengan berwudhu atau bertayamum.

Hal ini me ngandung pengertian, shalat hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan kotoran sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan suci. Kebersihan yang dituntut bukanlah secara fisik semata, tetapi meliputi aspek nonfisik. Orang yang terbiasa melakukan shalat akan bersih secara lahir ataupun batin.

Ketiga, latihan konsentrasi. Shalat melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara bersamaan dalam rangka menghadap ilahi. Ketika lisan mengucapkan Allahu Akbar, secara serentak tangan diangkat ke atas sebagai lambang memuliakan dan membesarkan, bersamaan dengan itu pula di dalam pikiran diniatkan akan shalat.

Keempat, latihan sugesti kebaikan. Bacaan-bacaan di dalam shalat adalah kata-kata baik yang banyak mengandung pujian sekaligus doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita sebagai manusia, sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati dan tidak sombong.

Kelima, latihan kebersamaan. Dalam mengerjakan sha lat sangat disarankan untuk melakukannya secara berjamaah. Shalat Jamaah lebih utama 27 kali dibandingkan shalat sendiri (HR Bukhari dan Muslim).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Ahmad Agus Fitriawan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement