REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam melakukan curahan hati (curhat), seorang Muslim hendaknya tetap menjaga sopan santun dan kebijaksanaan. Seorang suami, misalnya, jangan sampai mengungkapkan hal-hal yang terjadi dalam kamar pribadinya kepada orang lain, apalagi yang bukan mahram.
Ada larangan untuk menyebarkan cerita hubungan intim suami-istri kepada orang lain. Dalam sebuah hadis dari Abu Sa'id al-Khudriy, dia berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya pada hari kiamat adalah seorang laki-laki (suami) yang bercampur (bersetubuh) dengan istrinya, kemudian ia membeberkan rahasia istrinya tersebut" (HR Muslim).
Beberapa ulama, seperti Ibnu Abbas, Imam al-Kurthubi, dan Mujahid, berpendapat bahwa hadis ini berkenaan tentang hubungan intim suami-istri. Adapun al-Hirawy dan al-Kalbiy berpendapat, maknanya bukan hanya soal persetubuhan, melainkan bisa saat suami dan istri berduaan saja--sekalipun tidak bercampur.
Meski bermakna dalam hubungan suami istri, sebenarnya menjaga aib pasangan mencakup banyak aspek. Syekh Abdullah al-Bassam saat mengomentari hadis di atas menjelaskan, aib yang ada dalam pasangan bisa berupa anggota badan suami atau pun istri. Termasuk di dalamnya, rahasia di antara keduanya yang tentu saja, baik suami maupun istri, tidak suka diumbar ke publik.
Jika aib yang umum saja dilarang disebarkan, apalagi aib yang berkenaan dengan hubungan suami-istri. Sebab, ini bersifat amat privasi.
Rasul SAW melabeli suami atau istri yang membuka aib pasangannya sebagai manusia paling jelek di sisi Allah. Pasalnya, mereka yang membuka aib sudah mengingkari amanah yang seharusnya ia pegang.
Hadis di atas, menurut Syekh Bassam, juga menunjukkan hukum haram terhadap tindakan membeberkan rahasia suami-istri yang amat khusus, yaitu hubungan seksual yang terjadi di antara keduanya.
Menutup aib juga adalah sesuatu yang sebaiknya dilakukan. Kaidah ini berlaku terhadap seluruh kaum Muslimin. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat" (HR Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang hamba menutupi (aib) seorang hamba (yang lain) di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat" (HR Muslim).
Seorang istri yang salehah juga mampu menjaga diri mereka sekaligus menjaga kehormatan suami. Saat suami tak di rumah, istri-lah yang menjadi penjaga kehormatan suaminya di rumah. Istri adalah representasi suami. Begitu juga sebaliknya.
Allah SWT berfirman, "Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)" (QS an-Nisa: 34).
Suami adalah pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami. Jika seorang suami membuka aib pasangannya, sama saja ia sedang menelanjangi diri. Suami istri adalah satu kesatuan yang saling melengkapi.