Kamis 12 Sep 2024 09:51 WIB

Cinta Rasulullah pada Umatnya

Di saat-saat terakhir hidupnya, Rasulullah SAW masih memikirkan umatnya.

Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cerdas, bijaksana, berakhlak mulia. Dialah Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah rasul akhir zaman, pemberi peringatan, dan suri teladan terbaik bagi umat manusia. Dialah pembawa risalah penyempurna atas nabi-nabi yang terdahulu.

Rasulullah SAW adalah kekasih Allah, manusia yang terjaga dari kesalahan, sosok pribadi sempurna, dan figur terbaik yang pernah ada di dunia. Ia di kagumi, dicintai, dan sekaligus diikuti oleh umatnya yang beriman. Tidak mengherankan apabila orang Barat sendiri mengakui bahwa beliau merupakan tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah (Michael Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia).

Baca Juga

Rasulullah SAW sangat mencintai umatnya. Itu tercermin bahkan di saat-saat akhir hayatnya, ia masih sempat mengucapkan, "Ummati …. Ummati ...." (Umatku, umatku.)

Sesaat sebelumnya, beliau juga bercakap-cakap dengan Malaikat Jibril. Tanyanya, “Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?”

Jibril pun menjawab “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu.”

Namun, hal itu ternyata tidak membuat Rasulullah SAW lega. Sorot matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” ujar Jibril lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” tanya Rasul.

“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya,'” jawab Malaikat Jibril.

Subhanallah, betapa cintanya Nabi Muhammad SAW kepada kita, sampai-sampai menjelang akhir hayatnya pun masih memikirkan umatnya. Meskipun begitu, memang tidak semua orang menyukainya.

Ada juga orang-orang yang membencinya. Itulah kaum kafir yang tidak mau menerima kebenaran Islam. Mereka mungkin telah dibutakan mata dan hatinya.

Ketika awal-awal dakwah Nabi SAW di Makkah, orang-orang kafir Quraisy juga sangat membenci Rasulullah SAW. Ini bukan lantaran pola sikapnya, tetapi agamanya dan ideologinya yang menentang penyembahan pada berhala.

Mereka tidak rela agama nenek moyangnya diganti dengan Islam. Berbagai halangan, rintangan, tuduhan miring, dan bahkan sampai percobaan pembunuhan pernah dilakukan oleh kafir Quraisy dalam merintangi dakwah Islam.

Allah SWT berfirman, yang artinya, “Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong” (QS al-Furqaan: 31).

sumber : Hikmah Republika oleh Ali Mustofa Akbar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement