Kamis 12 Sep 2024 05:24 WIB

Masih Anggap Bid'ah? Tiga Dalil Ini Jadi Dasar Ulama Rayakan Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi tidak secara eksplisit disebutkan dalam Alquran dan hadits.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Rabu (4/10/2023).
Foto: Dok Diskominfo Kota Tasikmalaya
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Rabu (4/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diantara umat Islam masih ada anggapan jika memperingati Maulid Nabi termasuk dalam bid'ah yang tidak boleh dikerjakan. Anggapan tersebut terjadi karena maulid dinilai tak memiliki dalil dan tidak pernah dicontohkan Rasulullah SAW.

Peringatan Maulid Nabi memang tidak secara eksplisit disebutkan dalam Alquran atau hadits, namun banyak ulama menganggapnya sebagai amalan yang baik (mubah atau sunnah) berdasarkan prinsip-prinsip umum syariat Islam yang menganjurkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dan peringatan akan kebesaran beliau. 

Baca Juga

Berikut adalah beberapa dalil yang sering dijadikan dasar oleh para ulama yang membolehkan peringatan Maulid Nabi:

1. Dalil Alquran Surat Yunus

Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT) berfirman: 

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus [10]:58)

Para ulama menafsirkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rahmat terbesar yang diberikan Allah kepada umat manusia, sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Anbiya (21): 107, sehingga memperingati kelahiran beliau sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat itu.

Jalaluddin al-Suyuthi dalam tafsirnya juga menukil riwayat Abu al-Syaikh dari Ibn Abbas, “Fadhal (anugerah) Allah adalah ilmu, dan rahmatNya adalah Muhammad SAW. 

photo
Umat Islam menyalakan lampu pada gawainya saat Maulid Akbar sepuluh ribu rebana di Gor Jayabaya, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (19/10/2023). Sholawat dalam rangka haul penulis Kitab Maulid Simthudduror Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi yang diselenggarakan oleh Majelis Cinta Nabi tersebut mengharuskan hadirin membawa dan memainkan rebana. - (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

2. Dalil Alquran Surat Al Ahzab

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (QS Al-Ahzab [33]:56)

Ayat ini menunjukkan pentingnya memuliakan Nabi Muhammad SAW dengan bershalawat dan menunjukkan kecintaan kepada beliau. Mengingat dan memuji Nabi pada hari kelahirannya dianggap sebagai wujud cinta dan penghormatan.

3. Dalil Hadits: Pentingnya Mengingat Kelahiran Nabi

Dalam buku “Amalan Sepanjang Tahun: Meraih Pahala di Bulan-Bulan Hijriah”, Fadillah Ulfa juga mengungkapkan beberapa dalil yang membolehkan peringatan Maulid Nabi.

Fadillah menjelaskan bahwa sesungguhnya orang pertama yang merayakan kelahiran Nabi SAW adalah beliau sendiri. Kenyataan itu berdasarkan dalil hadits riwayat Abi Qatadah Al Anshari bahwa salah seorang Arab Badui mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya mengenai puasa yang beliau lakukan pada hari Senin, Beliau menjawab: 

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ 

Artinya: “Itu (Senin) adalah hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau aku dituruni wahyu, atau diturunkannya wahyu kepadaku" (HR Muslim No. 1162)

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menunjukkan bahwa beliau memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa pada hari Senin. Ini dijadikan salah satu argumen bahwa memperingati kelahiran beliau adalah hal yang dianjurkan sebagai bentuk syukur.

 

Tergolong bid'ah hasanah..

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement