Selasa 10 Sep 2024 05:29 WIB

UAH Ikut Bersuara Soal Polemik Nasab Ba'alawi: Konfliknya Sudah di Dunia Nyata

UAH menyayangkan polemik tersebut menjadi tidak produktif.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ustaz Adi Hidayat
Foto: dok muhammadiyah
Ustaz Adi Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Polemik tentang Nasab Ba'alawi sampai saat ini belum juga berhenti. Dua pihak masih saling menyerang melalui media sosial. 

Ustadz Adi Hidayat (UAH) menyayangkan polemik yang telah melahirkan berbagai macam hal yang sangat tidak produktif, baik perdebatan yang tidak berujung, konflik di media sosial, dan diskusi yang tidak terarah. 

Baca Juga

"Bahkan belakangan ini kita mulai juga melihat turunan-turunan konflik di media sosial itu ke dunia nyata, sampai terlahir tindakan-tindakan yang tidak kita harapkan," ujar UAH dikutip dari kanal Youtubenya, Adi Hidayat official, Selasa (10/9/2024). 

Karena itu, UAH  mengimbau kepada seluruh pihak untuk menghentikan seluruh polemik, diskusi, perdebatan terkait dengan nasab ini. "Karena kita sangat menimbang dampaknya, akibatnya, dan tentu ulama, para kiai, para ustadz sangat memahami tentang tuntunan agama kita bagaimana menghadirkan nilai-nilai keutamaan dalam menjaga kerukunan, islah, menjaga maqayid syariah yang lima aspek itu," ucap dia.

Menurut dia, untuk menyelesaikan satu persoalan ada tempat-tempatnya yang tertentu. Jika ada persoalan yang terkait dengan ranah ilmiah, kata dia, maka ada baiknya kita selesaikan dengan cara-cara yang ilmiah. 

"Saya sarankan akan lebih baik bila di sini, seperti MUI menjadi wadah misalnya, wadah yang baik untuk menguji berbagai macam masalah-masalah yang diajukan khususnya terkait dengan polemik nasab ini," kata dia. 

Dia mengatakan, tidak bisa disebut sebuah pemikiran yang komprehensif kalau belum diuji. Karena itu, menurut UAH, ada baiknya hal-hal yang dipersoalkan ditengahi oleh para ulama untuk menilai dengan standar-standar keilmuan yang memang pakemnya telah diketahui bersama. 

"Bila yang disoal nasab, tentu yang dibahas dengan pendekatan ilmu nasab. Bila disoal masalah yang lain, tentu pendekatannya dengan kodifikasi ilmu-ilmu yang telah ada,"ujar dia.

"Nah, saya kira dengan metodologi seperti itu secara ilmiah itu sangat mudah didudukkan, sangat bisa didiskusikan, sehingga tidak menjadi liar," ucap dia. 

UAH menjelaskan, semua pihak bisa membuat acara atau podcast, sehingga benturannya terasa sampai di akar masyarakat. Netizen pun saling berbalas komentar yang tidak menemukan titik temu. 

"Dan ini terasa sangat mengganggu. Bila memang yang disoal ini masalah perilaku, masalah etika, tentu kita harus pisahkan. Nasab hal tersendiri, penyimpangan dari perilaku adalah hal tersendiri," ujar UAH. 

Menurut UAH, pihak yang dipersoalkan dari kalangan-kalangan tertentu ada baiknya mendata dengan bukti-bukti yang ada, video atau laporan, sehingga menjadi satu perbaikan internal yang sangat disyukuri. Menurut dia, yang tergugat bisa meluruskan berbagai hal yang disampaikan dengan bukti-bukti yang nyata dan menampilkan narasi-narasi yang baik dari sisi internal itu, sehingga memberikan keteduhan.

"Jadi saya kira kita pisahkan antara persoalan-persoalan, soalan-soalan "ilmiah" atau argumentasi tertentu, sehingga bisa menjadi argumen, tidak menjadi sentimen. Ini problem utamanya," ucap UAH. 

 

Kiai Imad tak hadir debat.. Baca halaman selanjutnya..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement