Ahad 08 Sep 2024 19:04 WIB

Faktor Internal yang Paling Mempengaruhi Kekalahan Umat Islam Selama Perang Salib

Umat Islam terpukul dalam beberapa kali Perang Salib

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Pertempuran bala tentara Seljuk dengan tentara Salib. Umat Islam terpukul dalam beberapa kali Perang Salib
Foto:

Musibah kematian beruntun yang terjadi di dua pusat kekuasaan utama dunia Islam ini, yaitu kekaisaran Saljuk dan Fatimiyah, yang terjadi secara bersamaan, sama akibatnya seperti perpecahan Tirai Besi sejak 1989 dan seterusnya: partai-partai politik terkenal memberi jalan bagi munculnya disorientasi dan anarki.

Waktu kedatangan Perang Salib Pertama sungguh cukup menguntungkan. Apakah kaum Eropa telah diberitahu bahwa saat itu merupakan saat yang paling tepat untuk menyerang?

Sayangnya, hanya ada sedikit bukti mengenai hal ini di dalam sumber- sumber Islam. Tapi tentu para Tentara Salib itu tidak akan dapat berhasil dengan hanya mengandalkan situasi kebetulan saja.

Sengkarut Sunni Syiah

Perpecahan agama menyerang kehidupan umat Islam di semua lapisan masyarakat. Sebagai penguasa Islam Sunni yang baik, bangsa Saljuk telah melanjutkan kebijakan luar negeri yang penuh semangat pada periode 1063-1092 M.

Sasaran utama serangan mereka bukanlah kerajaan-kerajaan Bizantium ataupun Kristen Kaukasus, meskipun mereka juga menyerang kerajaan-kerajaan tersebut, tetapi juga sesama kerajaan kaum Muslim yaitu Khalifah Syiah Fatimiyah di Kairo, Mesir.

Peperangan berkepanjangan dilancarkan di Suriah dan Palestina. Permusuhan ideologi dan politik antara Dinasti Fatimiyah menganut paham Syiah Ismailiyah dan Saljuk yang berhaluan Sunni sudah sangat tajam dan praktis hampir tidak terbayangkan bagi mereka untuk membentuk front Islam bersatu dalam melawan musuh dari luar, yaitu para Tentara Salib.

Perginya para pemimpin yang berpengaruh serta kebencian dan permusuhan sektarian yang semakin meruncing di kalangan umat Islam telah memicu keresahan dan hilangnya orientasi kaum Muslim. Umat Islam mengalami masa-masa yang kacau.

Abad Islam yang baru abad keenam akan segera datang (dimulai pada 2 September 1106) dan banyak umat Islam yang menantikan abad itu dengan ketakutan. Apalagi setelah pada 492 H atau 1099 M mereka menyaksikan kejatuhan Yerusalem. Banyak di antara mereka yang mungkin percaya bahwa saat itu hari kiamat sudah dekat.

Sementara umat Islam lainnya berharap bahwa pada abad baru tersebut, seperti pada abad-abad sebelumnya, akan datang seorang pembaharu (mujaddid) bagi dunia Islam. Memang, banyak yang menganggap Al-Ghazali sebagai figur tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement