REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM – Baitul Maqdis artinya tanah suci yang sangat diberkahi, bukan saja tanahnya yang subur dan menghasilkan buah-buahan, tetapi Baitul Maqdis juga menjadi saksi perjalanan Mi'raj Rasulullah saw menuju sidratul muntaha, yakni dari Masjidil Aqsa menuju langit ke tujuh. Masjidil Aqsa terletak di kota tua Yerusalem, Palestina dan termasuk situs suci ketiga bagi umat Islam.
Baitul Maqdis juga tanah kenabian dan sebagai tempat turunnya wahyu, serta menjadi kiblat pertama bagi orang Islam. Baitul maqdis juga merupakan tanah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang taat. Keberkahan tanah Baitul Maqdis ini disebutkan Allah dalam surat Al-Isra ayat 1, yang berbunyi:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dalam Tafsir Kementerian Agama RI, Allah menyebutkan bahwa Masjidil Aqsa yang berada di Palestina, yang telah diberkahi sekelilingnya, dengan tanahnya yang subur yang menghasilkan aneka tanaman dan buah-buahan, sehingga menjadi daerah yang makmur. Di samping itu, masjid tersebut termasuk di antara masjid yang menjadi tempat peribadatan para nabi dan tempat tinggal mereka.
Sesudah itu, Allah menyebutkan alasan mengapa Nabi Muhammad saw diperjalankan pada malam hari, yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi tanda-tanda kebesaran-Nya.
Tanda-tanda itu disaksikan oleh Muhammad saw dalam perjalanannya dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa, berupa pengalaman-pengalaman yang berharga, ketabahan hati dalam menghadapi berbagai macam cobaan, dan betapa luasnya jagat raya serta alangkah Agungnya Allah Maha Pencipta.
Pengalaman-pengalaman baru yang disaksikan Nabi Muhammad sangat berguna untuk memantapkan hati beliau menghadapi berbagai macam rintangan dari kaumnya, dan meyakini kebenaran wahyu Allah, baik yang telah diterima maupun yang akan diterimanya.