Selasa 03 Sep 2024 06:07 WIB

Mogok Massal, Tentara Stres, dan Ekonomi Ambruk: Israel Lebih Rapuh dari Sarang Laba-Laba?

Israel mengalami guncangan internal hebat yang tak digabung-gaungkan

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Peti mati tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza saat dibawa saat pemakamannya di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, Selasa, 11 Juni 2024.
Foto:

Seorang tentara cadangan pasukan penjajahan Israel tewas dan 10 orang lainnya terluka akibat serangan Hizbullah ke Israel utara pada Rabu (5/6/2024). Pertahanan udara dan sistem peringatan dini Israel tak sempat mengantisipasi serangan tersebut.

The Times of Israel melansir, setidaknya 10 tentara Israel lainnya terluka dalam serangan yang diklaim Hizbullah dengan menggunakan drone bermuatan bahan peledak di Israel utara pada Rabu itu.

Sistem sirene peringatan dini yang tiba-tiba tak berfungsi memungkinkan drone Hizbullah menembus kompleks militer Israel tersebut.

Belum lama ini, Hizbullah mengatakan para pejuangnya melancarkan serangan udara dengan segerombolan drone terhadap posisi artileri milik Batalyon 411 (bagian dari Brigade Pemadam Kebakaran 288) di Neve Ziv, menargetkan titik berkumpul para perwira dan tentara Israel.

Dikatakan bahwa serangan tersebut mencapai sasaran, menyebabkan korban jiwa, dan memicu kebakaran di pihak Israel. Perlawanan mengatakan operasi tersebut merupakan respons terhadap pembunuhan oleh Israel di kota al-Shehabiyeh.

Israel dilaporkan tidak siap menghadapi kerusakan yang akan dialami infrastruktur ketenagalistrikan jika terjadi perang besar-besaran dengan Hizbullah.

Demikian peringatan kepala perusahaan yang bertanggung jawab merencanakan sistem kelistrikan negara tersebut pada Kamis.

“Kami tidak berada dalam situasi yang baik, dan kami tidak siap menghadapi perang sesungguhnya. Saat ini kita hidup dalam khayalan,” kata Shaul Goldstein, yang memimpin Independent System Operator Ltd Israel, yang dikenal dengan inisial Ibrani NOGA dilansir the Times of Israel.

Para pejabat Amerika Serikat memiliki kekhawatiran serius bahwa perang besar antara Israel dan Hizbullah dapat membuat pertahanan udara Israel di utara kewalahan, Sistem pertahanan udara Iron Dome yang dibanggakan Israel disebut tak mampu menahan serangan Hizbullah, kata tiga pejabat Amerika Serikat.

Sementara itu, perekonomian juga tak kalah terpukul semakin menunjukkan betapa rapuhnya Israel. Sebagai contoh, Bisnis Israel telah terpukul keras oleh perang, menurut penelitian tersebut, dengan banyak perusahaan yang tutup dan perdagangan serta investasi yang melambat tajam.

Data semi-resmi menunjukkan bahwa 726 ribu perusahaan Israel telah tutup sejak dimulainya perang, dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat menjadi 800 ribu pada akhir tahun ini.

Angka ini setara dengan sekitar 10 persen dari total jumlah perusahaan yang terdaftar di Israel, dan banyak perusahaan internasional seperti Nestle dan Zara telah menarik diri sebagian atau seluruhnya dari pasar Israel, yang pada gilirannya mempengaruhi perdagangan internal dan eksternal.

Investasi asing langsung turun sebesar 40 persen, dari 25 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 15 miliar dolar AS pada paruh pertama 2024, yang mencerminkan menurunnya kepercayaan investor asing terhadap pasar Israel.

Volume ekspor turun 15 persen pada kuartal pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang berdampak negatif pada pendapatan.

photo
Rupa-Rupa Dampak Boikot Israel - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement