Sabtu 24 Aug 2024 07:07 WIB

Pastor Bermarga Keturunan Baalawi Bikin Geger, Rabithah Minta Pembuktian

Thomas Riwu Assegaf mengaku menggembalakan sebuah gereja di daerah Cikupa.

Rep: A Syalaby/Hasanul Rizqa/ Red: A.Syalaby Ichsan
Thomas Rawu
Foto:

Sayed Murtadha dalam artikelnya, “Jaringan Intelektual Tarekat Alawiyah di Aceh” (2019), mengatakan, Tarekat Alawiyah dikembangkan para keturunan Imam Muhammad al-Faqih, terutama sesudah wafatnya sang mursyid pada 653 H/1255 M. Terkait itu, ada dua orang tokoh keluarga Ba’alawi yang berjasa besar. Keduanya adalah Sayyid Abdullah al-Aydrus bin Abu Bakar as-Sakran (wafat 865 H) dan Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad (wafat 1132 H).

Yang pertama itu merupakan seorang sufi yang prolifik. Banyak buku yang telah dihasilkan Sayyid Abdullah al-Aydrus. Misalnya, Al-Kabirit al-Ahmar wa al-Iksir al-Akbar.

Di tengah kaumnya, ia pun sangat dihormati. Bahkan, Tarekat Alawiyah pada masanya lebih masyhur dengan sebutan Aydarussiyah. Secara kebahasaan, al-aydrus berarti ‘pemuka orang-orang pelaku tasawuf.’

Adapun Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad dipandang sebagai tokoh pembaru Tarekat Alawiyah pada masa sesudah al-Aydrus. Seperti pendahulunya, ia pun dikenal produktif dalam berkarya. Pada masanya, Alawiyah cenderung populer dengan sebutan Tarekat Haddadiyah.

photo
Silsilah keturunan Rasulullah shalalahu alaihi wassalam. Marga Aidid diketahui merupakan keturunan Nabi Muhammad shalalahu alaihi wassalam. - (Rabithah Alawiyah)
 
Pada era Sayyid Abdullah, mulai tampak adanya diseminasi Alawiyah ke Nusantara. Misalnya, Sayed Murtadha menjelaskan, isi Tatsbitul Fuad mengungkapkan bahwa sang mursyid pernah menerima hadiah dari seorang alim asal Aceh. Informasi itu pun mengindikasikan, jaringan tasawuf Alawiyah antara Hadhramaut, India, dan Indonesia sangat mungkin sudah eksis jauh sebelum masa Sayyid Abdullah.

Antara abad ke-17 dan 20 M, mulai terjadi migrasi kaum habaib dari Yaman ke Anak Benua India. Tonggak pentingnya diawali oleh pindahnya keluarga Sayyid Syekh bin Abdullah al-Aydrus ke Ahmadabad, India. Majelis yang didirikannya di sana menjadi simpul terawal dari jaringan intelektual keluarga Ba’alawi di negeri tersebut.

Saudaranya, Sayyid Husain bin Abdullah al-Aydrus (wafat 990 H), pun ikut hijrah ke India. Para ulama dari masa-masa generasi berikutnya banyak menulis riwayat mengenai kakak beradik tersebut.

Dari Ahmadabad, para keturunan keluarga habaib itu lalu hidup menyebar ke berbagai daerah atau kawasan. Di antaranya kemudian menetap di daerah-daerah Nusantara, termasuk Aceh. Di Tanah Rencong, umpamanya, seorang habib al-Aydrus yang cukup terkenal adalah Sayyid Zainal Abidin bin Abdullah alias Syarif Keumala.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement