Ahad 18 Aug 2024 11:20 WIB

Ada Keturunan Rasulullah di Balik Sejarah Panjang Paskibraka

Tata cara pengibaran bendera pusaka dirumuskan oleh Mutahar.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
H Mutahar
Foto: wikipedia
H Mutahar

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Sayyid M Husein Mutahar merupakan salah satu habaib yang berkecimpung dalam sejarah pergerakan bangsa. Nasabnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Ketua Umum Rabithah Alawiyah, almarhum Habib Zen Umar bin Smith, pernah mengungkapkan kepada Republika, al-Mutahar merupakan nama salah satu cabang dari keturunan cucu Rasulullah SAW, yakni garis nasab Husein bin Ali.

Baca Juga

H Mutahar, demikian dia akrab disapa, patut dicatat dalam sejarah sebagai orang yang berjasa dalam gerakan pendidikan kepanduan atau pramuka. Ia juga merupakan penggagas dari terbentuknya Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau dikenal dengan nama Paskibraka.

photo
Anggota Paskibraka putri mengenakan hijab saat bertugas pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi dan Pengibaran Bendera Merah Putih di Lapangan Istana Negara Ibu Kota Nusantara, Penajam Passer Utara, Kalimantan Tengah, Sabtu (17/8/2024). Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi dan Pengibaran Bendera Merah Putih yang pertama kali diadakan di Lapangan Istana Negara Ibu Kota Nusantara dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. - (Republika/Edwin Dwi Putranto)

Tata cara pengibaran bendera pusaka yang dirumuskan oleh Mutahar menghasilkan tiga kelompok, yaitu Pasukan 17 yang bertugas sebagai pengiring, Pasukan 8 yang bertugas sebagai pembawa bendera, dan Pasukan 45 yang bertugas sebagai pengawal. Formasi ini terus digunakan sampai saat ini. Nama-nama formasi tersebut menyimbolkan tanggal kemerdekaan RI.

 

Kisah Bendera Pusaka

Satu babak penting dalam hidupnya terjadi pada 1945. Saat itu, Sukarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, atas nama seluruh bangsa Indonesia. Sesudah itu, Husein Mutahar berpangkat kapten. Dia diangkat sebagai sekretaris panglima Angkatan Laut saat itu, Laksamana Muda Mohammad Nazir. Tidak menunggu waktu lama, Belanda mewujud kan ambisinya untuk menjajah lagi Indonesia.

Bahkan, kerajaan ini melancarkan aksi militer untuk membuat rusuh di Jakarta. Pemerintah RI pun terpaksa memindahkan ibu kota ke Yogyakarta. Pada 4 Januari 1946, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta meninggalkan Jakarta. Setelah itu, Mutahar diajak M Nazir untuk mendampingi Bung Karno. Menjelang peringatan hari ulang tahun (HUT) kedua RI, orang nomor satu se- Indonesia itu tiba-tiba memanggil Mutahar, yang saat itu telah diangkat sebagai seorang ajudannya.

 

 

 

 

Mempersiapkan upacara kenegaraan di Yogyakarta.. Baca halaman selanjutnya.. 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement