Kamis 22 Aug 2024 11:35 WIB

Firaun Kejam dan Sombong, Nabi Musa Diperintah Berdakwah Lemah Lembut

Allah memerintahkan Nabi Musa berdakwah dengan kata-kata yang lemah lembut.

Piramida Giza di Mesir peninggalan Firaun yang binasa akibat kesombongannya.
Foto: AP
Piramida Giza di Mesir peninggalan Firaun yang binasa akibat kesombongannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Musa AS adalah utusan Allah Ta'ala kepada Bani Israil. Saudara Harun AS itu dikisahkan dalam banyak ayat Alquran, terutama dalam konteks perjuangannya mendakwahi Firaun.

Firaun sesungguhnya bukanlah nama orang, melainkan gelar bagi raja Mesir pada zaman dahulu. Menurut para ahli, sosok yang ditemui Nabi Musa AS adalah Firaun Ramses II. Jasad atau muminya sudah diteliti ilmuwan sejak abad ke-19 M. Tepatnya pada tahun 1974, Dr Maurice Bucaille dan tim mengonfirmasi Ramses II mati tenggelam di laut.

Baca Juga

Hingga kini, orang-orang dapat mengamati muminya di sebuah museum di Kairo, Mesir. Jasad Firaun Ramses II utuh, tak terurai. Ini pun telah diisyaratkan dalam Alquran.

"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Firaun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami” (QS Yunus: 92).

Semasa hidupnya, Firaun Ramses II amat kejam dan keji. Ia menindas Bani Israil dengan sangat sistematis dan tanpa rasa kemanusiaan.

Untuk menyadarkan Firaun, Allah mengutus Nabi Musa dan saudaranya, Nabi Harun. Keduanya diperintahkan untuk mengingatkan pemimpin Mesir itu agar bertobat.

Perintah Allah bukan untuk semisal memerangi atau membunuh Firaun. Para nabi itu hanya disuruh-Nya untuk mendakwahi pemimpin Mesir itu dengan bahasa yang jauh dari nada menghasut.

Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut” (QS Taha: 43-44).

Selain ayat di atas, acuan lainnya dalam berdakwah adalah tegas. Agama ini dengan jelas menyatakan mana saja yang haq (kebenaran) dan mana saja yang bathil.

وَلَا تَلۡبِسُوا الۡحَـقَّ بِالۡبَاطِلِ وَتَكۡتُمُوا الۡحَـقَّ وَاَنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ

"Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya" (QS al-Baqarah: 42).

Dalam kasus Firaun, dakwah yang terus menerus dan lama itu tidak berujung hidayah. Tetap saja raja Mesir nan kejam dan zalim itu bersikukuh pada sikapnya, yang angkuh dengan mengaku-aku diri sebagai tuhan.

Nabi Musa AS pun bertawakal kepada Allah. Ia berdoa, sebagaimana diabadikan dalam Alquran.

وَقَالَ مُوۡسٰى رَبَّنَاۤ اِنَّكَ اٰتَيۡتَ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَاَهٗ زِيۡنَةً وَّاَمۡوَالًا فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ۙ رَبَّنَا لِيُضِلُّوۡا عَنۡ سَبِيۡلِكَ‌ۚ رَبَّنَا اطۡمِسۡ عَلٰٓى اَمۡوَالِهِمۡ وَاشۡدُدۡ عَلٰى قُلُوۡبِهِمۡ فَلَا يُؤۡمِنُوۡا حَتّٰى يَرَوُا الۡعَذَابَ الۡاَ لِيۡمَ

"Dan Musa berkata, 'Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Firaun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka, dan kuncilah hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih'" (QS Yunus: 88).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement