Kamis 22 Aug 2024 05:11 WIB

Rezeki Setiap Manusia tak akan Tertukar, Masihkah Perlu Berusaha?

Usaha menjadi sunnatullah dalam meraih rezeki.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Rezeki Setiap Manusia tak akan Tertukar, Masihkah Perlu Berusaha?
Foto:

Salah satu hikmah Ibnu Atha'illah yang juga terkenal disebutkan kitab Al-Hikam

مِنْ عَلَامَاتِ النَّجَاحِ فِي النِّهَايَاتِ الرُّجُوْعُ إِلَى اللّٰهِ فِي الْبِدَايَاتِ

“Di antara tanda suksesnya perjalanan seseorang di akhir adalah dia kembali kepada Allah SWT di awal perjalanan."

Ini mengajarkan bahwa seorang mukmin harus memfokuskan hidupnya untuk akhirat, bukan dunia. Walaupun mencari rezeki adalah suatu keharusan, hati seorang mukmin tidak boleh terlalu terikat dengan dunia dan harta, karena semua yang ada di dunia hanyalah sementara.

Dalam Al-Hikam, Ibnu Atha'illah juga memperingatkan agar manusia tidak serakah. Rezeki yang halal dan baik lebih utama meskipun sedikit, daripada rezeki yang banyak namun diperoleh dengan cara yang tidak benar. Keserakahan dan ketamakan terhadap dunia adalah penyakit hati yang akan menjauhkan manusia dari Allah.

Ibnu Atha’illah al-Iskandari menulis dalam salah satu bait Al-Hikam: “Tidaklah tumbuh dahan-dahan kehinaan, kecuali dari benih ketamakan”.

Jadi, sebenarnya Ibnu Atha'illah dalam Al-Hikam telah mengajarkan kepada kita tentang keseimbangan antara usaha duniawi dan kehidupan spiritual, serta pentingnya bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam urusan rezeki. Ajaran ini menekankan bahwa rezeki adalah karunia dari Allah yang harus diterima dengan syukur dan sikap tawakal, bukan dengan kecemasan atau ketamakan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement